"Aku terkejut kementerian tetap mengijinkanmu bebas berkeliaran." Seru Draco dari belakang begitu melihat Harry dan kedua kawannya. "Nikmati saja selagi bisa." Ia berjalan mendekati mereka bertiga lalu memajukan wajahnya ke dekat Harry. "Kurasa sudah tersedia penjara dengan namamu di Azkaban."
Mendengar hal itu, emosi Harry langsung tersulut. Ia ingin sekali memukul wajah Draco namun Ron dengan sigap menahannya dari belakang.
"Apa yang kubilang? Benar-benar gila."
"Menjauh dariku!" Teriak Harry yang bisa kudengar suaranya dari dalam kereta. Awalnya kami duduk di kompartemen yang sama tapi aku menyuruh mereka untuk turun duluan, karena aku harus mencari cincin pemberian Draco yang ternyata terselip di dalam ranselku.
Karena penasaran, aku bergegas menuju pintu kereta dan menyembulkan kepalaku dari dalam sana. Bisa kulihat dari atas sini, Draco dan Harry saling beradu tatapan sedangkan Ron menahan kedua lengan Harry dari belakang dan Hermione hanya terdiam cemas sambil memeluk ranselnya.
"Draco..." panggilku, ia pun menoleh lalu berjalan mendekatiku sambil tersenyum, tatapannya tidak lagi sinis seperti saat dia menatap Harry.
"Hai darling." Draco mengulurkan tangannya untuk membantuku turun dari dalam kereta. Setelah aku berdiri dihadapannya, ia mengambil kesempatan untuk mencium pipiku.
"Bloody hell. Kau berkencan dengan Malfoy?!" Seru Ron. Ada nada tidak suka dalam suaranya.
Aku menatap ke arah mereka bertiga yang sama-sama memasang wajah terkejut. "Ya, kau benar weaselbee! Dia milikku." Jawab Draco lalu membawaku pergi dari sana setelah ia mengambil alih ransel milikku dan menyampirkannya di salah satu bahunya.
"Masalah apa lagi yang kau buat?"
Draco mengangkat bahunya acuh. "Aku hanya memberi salam kepada Potter."
"Berhentilah mengganggu mereka Draco."
"Aku tak bisa menjanjikan itu."
Aku memutar bola mataku, percuma saja dia tidak pernah mendengarkanku. Kami berhenti berjalan begitu tiba di dekat kereta yang akan membawa kami menuju ke bangunan sekolah. Crabe dan Goyle naik terlebih dahulu sedangkan Draco tiba-tiba memperhatikanku dari atas ke bawah.
"Kau terlihat menawan dengan gaun itu, love." Bisiknya.
Aku tersenyum. "Kau menyukainya?" Kali ini aku mengenakan gaun renda hitam selutut dan sedikit terbuka di bagian punggungnya. "Aku memakainya hanya untukmu, Malfoy."
Draco ikut tersenyum lalu meletakkan tangannya di atas punggungku yang tidak tertutup apapun. Jari-jarinya bergerak mengelus kulitku. "Ya... tapi kau terlihat lebih baik tanpanya." Nada suaranya terdengar sensual. Ia mencium pelipisku dan naik ke atas kereta.
"Ohh... really darling?" Suaraku terdengar sedikit menantangnya, entah keberanian darimana. Setelah itu, aku ikut naik ke atas kereta dengan dibantu oleh Draco, lalu mengambil posisi duduk di sebelahnya.
"Kau sedang mengujiku?"
Aku menatapnya. "Kau salah sangka, aku tidak seberani itu, tuan Malfoy." Kataku kemudian tersenyum miring.
"Ohh... sayang sekali, aku ingin menyeretmu ke dalam kamarku malam ini. Kau tau bukan? Aku terpilih menjadi prefek. Itu artinya kamar khusus untukku seorang."
Sama seperti Harry, aku tidak terpilih menjadi prefek. Lagipula aku juga tidak terlalu menginginkannya. Di sisi lain, Ron terlihat senang sekali dengan jabatan itu, ia sadar bahwa ini waktunya untuk bersinar.
"Kau lupa? Kau harus mengurus murid tahun pertama."
Draco berdecak sebal. "Ah sial. Kau benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fiksi Penggemar15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...