Setelah kejadian memalukan itu, aku memutuskan pergi ke Hospital Wings untuk menemui madam Pomfrey dengan ditemani oleh Draco. Tugasnya adalah membantuku menutupi tanda itu selama di perjalanan menuju kesana. Aku berjalan sambil memeluk lengannya dan menempel erat ke dekat tubuhnya, menyembunyikan sebagian wajahku di balik bahunya.
"Kau boleh pergi ke kelasmu." Ucapku begitu kami tiba di depan pintu masuk Hospital Wings.
Draco menggeleng. "Tidak, aku ingin menemanimu ke dalam."
"Lalu kau bisa mempermalukanku di depan Madam Pomfrey, begitu? Tidak. Lebih baik aku menemuinya sendiri." Tujuanku menemui Madam Pomfrey adalah untuk meminta beberapa plester luka, setidaknya aku bisa menutupinya dengan itu.
Draco tertawa mendengar jawabanku. "Baiklah, aku pergi sekarang." Ia mendekatiku lalu menciumku di bagian dahi.
"Ughh... aku membencimu."
"Aku juga mencintaimu, love." Jawabnya sebelum berjalan pergi meninggalkanku menuju kelas pertamanya, yaitu Herbologi. Aku tidak ingin menahannya lebih lama lagi karena letak kelas itu lumayan jauh dari sini.
Setelah berhasil menghadapi madam Pomfrey dan berbohong mengenai alasanku meminta plester luka itu, aku berjalan keluar dari Hospital Wings yang saat ini dipenuhi murid tahun pertama dari asrama gryffindor. Sebenarnya mereka hanya berpura-pura sakit agar bisa menghindari kelas dan aku tau siapa dalang dibalik ini semua, tak lain tak bukan si kembar weasley.
Berhubung keadaan di sekitar sini cukup sepi. Aku memasang plester luka itu dengan bantuan cermin milik Ginny yang kupinjam sebelumnya. Setelah memastikan semuanya tertutup, aku memasukkan cermin itu ke dalam kantong jubah dan bergegas menuju kelas mantra. Di tengah perjalanan, aku bertemu dengan Neville yang juga sedang menuju ke kelas yang sama denganku.
"Hai Neville." Sapaku membuat lelaki itu mengalihkan perhatiannya dari lantai.
"Hai Calla."
"Apa tempatnya sudah ditentukan?" Tanyaku setengah berbisik, aku membahas soal tempat latihan perkumpulan anggota Dumbledore Army.
Harry memutuskan untuk membentuk sebuah kelompok berlatih sihir karena dia mulai geram dengan gaya mengajar Umbridge dan aku sebagai sahabatnya, akan selalu mendukung setiap keputusannya. Bagaimana dengan Draco? Dia tidak tau mengenai hal ini meskipun dia bertanya pun aku tidak akan menjawabnya, karena aku sudah berjanji untuk tidak memberitahu Draco mengenai semua rencana Harry.
"Belum. Kami masih mencarinya."
"Hmm... ini sulit. Andai saja, ada ruangan yang bisa muncul setiap kali kau membutuhkannya." Kami berbelok melewati lorong-lorong sepi.
"Kuharap juga begitu tapi itu tidak mungkin."
Aku tersenyum. "Tidak ada yang tidak mungkin, Neville."
Krt... krt..
Aku dan Neville saling memandang setelah mendengar bunyi retakan itu. Kami menengok ke arah belakang, ke bagian dinding yang menjulang tinggi dan mendapati ukiran kehitaman terbentuk disana. Aku berjalan mendekat diikuti oleh Neville, lama kelamaan ukiran hitam itu terlihat semakin nyata dan tampak seperti membentuk sebuah pintu kayu yang menjulang tinggi.
Tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sendirinya, menampilkan sebuah ruangan luas yang baru pertama kali kulihat. "Kita harus memberitahu yang lain." Ucapku dan Neville mengangguk setuju.
Setelah kami menunjukkan ruang kebutuhan yang biasa disebut ruang datang dan pergi. Harry memutuskan untuk menjadikan tempat itu sebagai ruang latihan kami sedangkan Hermione memastikan semuanya mengetahui waktu latihan dengan menciptakan koin emas yang akan memanas setiap kali waktunya telah ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...