Vulnera Sanentur

1.4K 197 30
                                    

Salju meleleh di sekeliling sekolah, digantikan oleh suasana basah yang dingin dan suram. Awan-awan kelabu-keunguan menggantung rendah di atas kastil dan hujan dingin yang turun terus-menerus membuat padang rumput menjadi licin dan berlumpur. Usaha pertama Harry untuk membujuk Horace rupanya tidak berjalan dengan mulus. Semenjak hari itu, Horace berusaha sekeras mungkin menghindarinya, berpura-pura menyibukkan diri saat Harry menghampirinya. Dan Hermione mencoba membantu dengan menyusup masuk ke area terlarang, berharap bisa menemukan buku yang menjelaskan tentang Horcrux disana. Alih-alih jawaban, ia hanya mendapat pernyataan bahwa itu penemuan sihir yang paling keji dan penulisnya tidak mau memberi petunjuk apapun tentang itu.

Sabtu malam ini, aku berjalan menembus lorong-lorong menuju ke bagian menara lain kastil. Bagian dimana ruangan Slughorn berada. Kukira dia memintaku datang untuk menghadiri salah satu pesta malam yang sering diadakannya di semester kemarin. Namun setelah bertanya pada Harry, Hermione dan Ginny; yang ternyata tidak menerima undangan apapun, dan sejauh mereka tahu, tak ada anak-anak lain yang menerimanya. Tampaknya Horace hanya menginginkanku seorang yang datang kesana. Mendengar itu, Harry langsung meminta bantuanku untuk membujuknya. Dan meski tidak yakin apa aku bisa melakukannya, aku tetap mengiyakan permintaannya.

Aku menghentikan langkahku saat tidak sengaja berpapasan dengan Profesor Snape di bagian koridor sepi. "Selamat malam, sir." Sapaku.

"Selamat malam, miss Avery." Jawabnya, datar. "Kau masih ingat bukan? Kalau ada yang namanya jam malam."

Aku menelan ludah dalam-dalam. "Ya, sir. Tapi Profesor Slughorn memintaku datang ke ruangannya."

Ia mengangguk, masih menatapku dari balik hidung bengkoknya. "Ahh... acara keluarga rupanya."

"Kurasa begitu, sir."

"Kudengar dari Profesor Flitwick, impianmu adalah menjadi seorang Healer?" Aku menatapnya terkejut, karena tidak biasanya Profesor Snape berbasa-basi seperti ini. Dan jika dia melakukannya, kuyakin ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikannya. "Sekarang aku paham mengapa Malfoy juga ingin menjadi seorang Healer." Ia merogoh kantong jubahnya, mengeluarkan secarik perkamen yang sudah terlipat lalu menyodorkannya ke arahku. "Siapa tau ini bisa berguna suatu hari nanti." Profesor Snape berjalan pergi sebelum aku sempat mengatakan apa-apa lagi.

Aku membuka perkamen itu, merentangkannya dan membaca tulisan sambung milik Profesor Snape.

Vulnera Sanentur (Mantra penyembuhan)
Buatlah gerakan menyapu dengan tongkat di atas luka sebanyak tiga kali
Sapuan pertama, memperlambat aliran darah
Sapuan kedua, menyembuhkan luka dan membersihkan bekas-bekas darah
Sapuan ketiga, merajut luka sepenuhnya

"Vulnera Sanentur," terdengar cukup asing bagiku karena tidak pernah menemukannya di semua buku sihir medis yang telah kubaca. Namun ucapan Profesor Snape ada benarnya, bisa saja mantra ini berguna suatu hari nanti. Dan karena itu, aku memasukan perkamen itu ke dalam kantong jubahku. Kemudian melanjutkan perjalananku menuju kantor Slughorn yang sudah tidak jauh lagi.

Aku mengetuk pintu kayu yang menjulang tinggi di hadapanku. Tak lama, pintu dibuka dari dalam, menampilkan sosok Horace yang sedang tersenyum lembut. "Kukira kau tersesat nak," ia memberi ruang untukku masuk lalu kembali menutup pintunya.

"Maaf, tadi aku bertemu Profesor Snape di lorong," kami berjalan beriringan menuju sofa. "Hampir saja aku terkena detensi darinya."

"Sepertinya minta izin ke kepala asrama masih belum cukup," Kata Horace, mendekati meja yang dipenuhi minuman. "Kau mau minum apa? Aku punya Butterbeer, anggur-"

"Butterbeer sudah lebih dari cukup," aku menolak minum alkohol karena rasanya sangat mengerikan ketika masuk ke mulut, cairan itu membakar tenggorokan siapapun yang menenggaknya.

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang