Pesta Slughorn

1.4K 235 16
                                    

Aku bingung harus bereaksi seperti apa setelah mendengar cerita Harry mengenai penyebab terjadinya perang dingin di antara Ron dan Hermione. Tentu saja, aku terkejut. Mana mungkin aku tidak terkejut saat hal itu terjadi pada sahabatku sendiri. Ron yang setahuku tanpa sadar mulai menyukai Hermione di tahun keempat, dan baru menyadari perasaannya sendiri di tahun kelima. Kini berkencan dengan Lavender Brown? Seorang gadis yang bahkan tak pernah diliriknya sedikit pun. Lebih parahnya lagi, Hermione tidak sadar bahwa ia menyukai Ron. Kurasa, mereka hanya berakhir menyakiti diri sendiri karena berusaha menyangkal perasaan masing-masing. Dan tampaknya kami benar-benar mengulangi kejadian yang sama di tahun keempat dulu. Selama hubungan keduanya belum membaik, aku akan menemani Hermione sementara Harry berusaha membujuk Ron agar melupakan cakaran dan patukan serangan burung yang dilontarkan Hermione.

Untuk masalah yang satu ini, aku tidak ingin terlalu terlibat karena ini urusan pribadi keduanya. Hermione juga langsung mengubah topik pembicaraan saat aku mulai menyebut nama Ron. Dan aku hanya tersenyum tipis, berkata bahwa aku mempercayainya setiap kali ia bilang bahwa ia tidak peduli dengan siapa Ron berciuman untuk ke sekian kalinya. Karena aku tahu, jauh di dalam hatinya, dia peduli. Hanya dalam sekali lihat, semua orang juga bisa menebak bahwa mereka berdua saling menyukai. Ron yang diam-diam mencoba menghibur Hermione di saat gadis itu sedang kusut dengan pelajaran sekolah, dan Hermione juga selalu memastikan Ron mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Mereka berdua saling melengkapi satu sama lain. Tapi masalahnya hanya satu, mereka sama-sama keras kepala.

Seperti biasa, bahkan bisa dibilang ini telah menjadi makanan sehari-hariku. Sore ini, aku dan Hermione menghabiskan waktu di perpustakaan seraya menunggu waktu makan malam tiba. Aku berjalan menyusuri deretan lemari buku yang menjulang tinggi di kanan kiriku. Mencari buku tentang Transfigurasi Manusia, dan buku yang ditugaskan oleh Profesor Flitwick untuk dibaca seluruhnya sebelum bertemu di pelajaran berikutnya, yaitu buku berjudul ‘Saripati: Sebuah Pencarian’. Begitu menemukan keberadaan kedua buku itu, aku menghela napas berat setelah melihatnya terletak di bagian rak paling tinggi. Dan madam Pince memastikan tidak ada sihir di perpustakaan karena takut kami akan merusak buku-buku itu.

“Butuh bantuan?” Sahut sebuah suara, membuatku menolehkan wajah untuk melihat pemiliknya. Blaise berdiri di ujung rak sambil memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celananya. “Kelihatannya kau kesulitan.” Ia mulai berjalan menghampiriku.

“Jika kau tak keberatan, bisakah kau menolongku untuk mengambil dua buku itu?” Jariku menuding ke arah buku yang terletak di rak yang berbeda meski masih berada di deretan yang sama.

Pandangannya bergerak mengikuti arah jariku. “Bukan masalah besar.” 

Aku tertegun saat ia mulai mengulurkan tangannya ke atas. Karena ini mengingatkanku pada Draco yang entah mengapa selalu saja muncul setiap kali aku kesulitan mengambil buku. Dan dia juga melarangku menggunakan tangga karena dia pikir itu bisa membahayakan diriku. Mengingat betapa dia berusaha keras untuk melindungiku dulu, membuatku tersenyum tipis.

“Apa kau segitu senangnya melihatku datang membantumu?” Kata Blaise, menyodorkan kedua buku yang kubutuhkan.

Aku mengambil buku itu sambil tersenyum geli menatapnya. “Tak kusangka, kau bisa senarsis ini Blaise.”

Ia mengangkat bahu, berusaha menahan senyumnya agar tidak muncul. “Kau masih butuh bantuanku?”

Aku menggeleng. “Tidak, terimakasih. Maaf telah merepotkanmu.”

“Jangan sungkan.” Kata Blaise. “Teman harus saling membantu temannya, bukan begitu?”

Aku menatapnya takjub. “Jadi, kau menganggapku temanmu?”

Kedua alisnya bertaut, seolah ucapanku terdengar aneh untuknya. Maksudku, dia adalah Blaise Zabini dan dia seorang Slytherin. Siapa yang tidak akan terkejut saat seorang Slytherin sepertinya menganggapmu sebagai temannya. Ditambah fakta bahwa kami jarang sekali berinteraksi seperti ini. “Kau aneh sekali. Tentu saja aku menganggapmu temanku.”

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang