Kegiatan Dumbledore Army untuk sementara waktu dihentikan setelah kejadian itu, setidaknya sampai situasi aman atau menunggu kepergian Umbridge dari sini. Kami kembali menjalani hari-hari sebagai murid biasa, Hermione bersama Harry dan Ron kini lebih sering berada di perpustakaan. Tidak melakukan pergerakan yang bisa membuat Umbridge curiga, dan sesekali pergi menemui Grawpy secara diam-diam. Di sisi lain, aku tidak bisa ikut bersama mereka atau nanti Draco akan mengetahui soal Grawpy dan memanfaatkan ini untuk mengurangi poin Harry. Lelaki itu selalu berada didekatku, memastikan aku tidak menimbulkan masalah lagi. Lagipula aku juga tidak berminat melakukan apa-apa, fokus utamaku saat ini adalah berlatih oclummency dan belajar.
Tak terasa hari pelaksanaan ujian O.W.L tiba. Selama dua minggu penuh, semua murid tahun kelima harus menjalaninya dengan sebaik mungkin agar tidak gagal dan mengulang di tahun berikutnya. Hari-hari kami selama itu bagaikan mimpi buruk, bahkan tidur nyenyak pun hanya tinggal nama. Kami tidak memiliki waktu untuk tidur karena rasa takut gagal dalam ujian selalu menghantui. Terutama bagi Hermione, perempuan itu terlihat kacau sekali dengan lingkar hitam di bawah matanya dan rambut acak-acakan. Sedangkan Ron, lelaki itu terus saja berceloteh jika dia akan tidur sepanjang hari setelah ujian ini berakhir. Tetapi Harry berbeda, ia terlihat lebih mencemaskan masalah lain dibandingkan ujian ini. Ya. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika jadi dirinya, pangeran kegelapan berhasil menembus pikirannya, membuatnya terperdaya. Dan Snape memastikan Harry bisa melakukan Oclummency untuk melindungi dirinya.
Kini semua murid berada di dalam ruang ujian terakhir, yaitu ujian teori mantra. Umbridge berdiri di depan sana, mengawasi kami, memastikan tidak ada yang melakukan kecurangan. Suasana di sekitar begitu hening, hanya terdengar desisan kebingungan dan suara kertas yang saling bergesekan. Tetapi kemudian, muncul suara lain dari arah luar, semua murid langsung melempar tatapan kebingungan, dan Umbridge berjalan melintasi ruangan menuju ke arah pintu masuk untuk mencaritahu apa yang terjadi di luar sana. Kami semua memperhatikannya membuka pintu itu. Lalu sebuah kembang api masuk ke dalam, meledak di langit-langit ruangan.
"Okay, Profesor." Teriak Fred dan George bersamaan. Mereka terbang masuk ke dalam ruangan dengan menggunakan sapu terbang, menerbangkan lalu merobek seluruh kertas ujian menggunakan mantra sihir. Melihat itu, seluruh murid bersorak kegirangan termasuk Ron. Kembang api meluncur di langit-langit ruangan, menciptakan kilatan cahaya cantik.
"Mereka benar-benar gila." Seru Ron sambil menatap takjub.
"Kapanpun kau siap." Seru Fred kepada George yang sedang memegang obor berukuran kecil. Ia melemparkannya lalu obor kecil itu pun meledak. Menciptakan sosok naga besar yang kemudian mengejar Umbridge dan menghancurkan semua piagam-piagam kebanggaannya.
Hermione menggenggam pergelangan tanganku dan kami bersama-sama berlarian keluar, pergi menuju halaman depan bersama murid-murid lainnya. Si kembar weasley terus melancarkan aksinya dengan menyalakan kembang api yang lebih besar, membentuk huruf W di langit yang mulai menggelap. Semuanya bertepuk tangan dan bersorak kegirangan sambil sesekali berloncat-loncatan. Tidak hanya para murid, beberapa profesor juga ikut keluar untuk mencaritahu penyebab kebisingan ini.
Aku menatap ke sekelilingku, semua murid terlihat begitu gembira, kecuali murid Slytherin, raut wajah mereka menunjukkan ketidaksukaan. Dan kini perhatianku tertuju sepenuhnya pada Harry, lelaki itu terlihat mematung dengan tatapan kosong.
"Harry!" seruku panik begitu melihatnya tiba-tiba terjatuh. Aku pun menarik Hermione lalu bergerak mendekati Harry.
"Harry, apa kau baik-baik saja?" Ucapku sambil mengguncangkan salah satu bahunya. "Astaga Harry sadarlah! Jangan biarkan dia memasuki pikiranmu."
"Harry." Panggil Hermione yang juga ikut cemas.
Kesadaran Harry kembali, ia mengalihkan tatapannya dari lantai. "Sirius!" Seru lelaki itu dengan nada cemas, mendengar itu, aku dan Hermione saling bertukar pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfic15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...