Tahun kedua

4.8K 465 21
                                    

Begitu kelas sejarah sihir dibubarkan, aku terburu-buru mengumpulkan tugas, tidak ingin berdesak-desakan, dan menghambat pertemuanku dengan Hermione di halaman Hogwarts setelah ini. Karena kami harus membahas tugas Muggle studies, atau lebih tepatnya aku membutuhkan dia untuk menjelaskan beberapa hal yang sulit kumengerti tentang dunia Muggle. Entah, ide darimana sehingga aku memutuskan untuk mengikuti kelas ini, dan kakek nenek pasti tidak akan suka mendengarnya. Tetapi yang penting, aku hanya perlu memastikan mereka berdua tidak mengetahuinya. Mengenai pertemananku dengan Hermione, mereka berdua tidak terlihat keberatan saat aku bercerita tentang pengalamanku di tahun pertama, sepertinya mereka luluh setelah melihat betapa antusiasnya aku bisa berteman dekat dengan Harry, Ron dan Hermione.

Aku mempercepat langkahku saat melihat sosok gadis berambut cokelat kusut yang sedang berdiri di dekat tim quidditch Slytherin, dan perasaanku mendadak tidak enak karena jelas sekali raut wajah tim Gryffindor menggambarkan ketidaksukaan, terutama Oliver Wood, ia terlihat kesal sekali.

“Tidak ada yang meminta pendapatmu, dasar darah lumpur kotor.” Aku berhenti di belakang Hermione dan melayangkan tatapan sinis ke arah Draco Malfoy.

“Itu sangat kasar, kau tidak berhak memanggilnya dengan julukan itu, Malfoy.” Desisku tajam.

Hermione, Ron dan yang lainnya kini menatap ke arahku, tak terkecuali Draco, ia menyunggingkan senyum sinis. “Oh ya? Kenapa begitu, Avery?”

“Karena... tanpa status dan nama keluargamu, kau bukan apa-apa.”

Senyumannya meluntur seketika. “Tetapi, bagaimana kenyataannya sekarang, Avery?” Aku terdiam tak berkutik dan ini memberikan kepuasan tersendiri bagi lelaki itu. “Menyedihkan sekali, kau memilih berteman dengan orang-orang ini.”

“Rasakan ini, Malfoy.” Ron menudingkan tongkatnya yang patah ke arah Draco. “Eat Slugs.” Bagaikan senjata makan tuan, mantra sihir yang dilontarkannya berbalik menyerang dirinya sendiri, membuatnya terpental ke belakang. Melihat itu, kami semua, kecuali anak Slytherin, bergegas menghampiri Ron.

“Katakan sesuatu.” Ucap Hermione cemas. Kemudian Ron bergerak membalikkan tubuhnya, memuntahkan seekor siput ke atas rumput.

“Ayo, kita bawa dia ke Hagrid.” Harry membantu Ron untuk berdiri dan berjalan pergi diikuti olehku dan Hermione, ia menabrak bahu Draco saat melewati para Slytherin, sedangkan aku hanya memandanganya sinis yang dibalas dengan seringaiannya.

¥¥¥

Suasana sore ini terasa begitu dingin dan sunyi, entah karena cuaca di luar yang sedang berangin saat ini atau memang lorong-lorong Hogwarts terasa lebih tenang dibanding sebelumnya. Tenang dalam artian ada bahaya yang sedang menanti di balik dinding-dinding bangunan. Aku semakin mempercepat langkah untuk segera kembali ke asrama, setelah selesai mengerjakan tugas di perpustakaan. Tetapi kemudian, aku berhenti berjalan saat berpapasan dengan Oliver Wood, tampaknya lelaki itu baru saja selesai berlatih. Kami saling mengenal setelah Harry masuk ke tim quidditch Gryffindor di tahun pertama, dan tanpa sadar menjadi teman akrab.

"Mau kembali ke asramamu?" Tanya Oliver, aku mengangguk sebagai jawaban. "Apa kau mau kuantar kesana?"

"Tidak perlu, Oliver. Aku tidak ingin merepotkanmu. Pasti kau lelah karena baru selesai latihan." jawabku sambil tersenyum.

”Kau sama sekali tidak merepotkanku." Dia membalas senyumanku.

Tiba-tiba terdengar keributan dari lorong sebelah, aku bertukar pandang dengan Oliver, dan kami langsung berjalan menuju sumber suara. Banyak murid dari asrama lain yang juga berkumpul disana karena penasaran dengan apa yang terjadi. Sontak aku terkejut saat melihat dindingnya, menatap ngeri ke arah tulisan yang sepertinya ditulis dengan menggunakan darah. "the chamber of secrets has been opened. Enemies of the heir... beware".

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang