Hujan salju turun semakin lebat di luar sana dan rasanya lebih parah dibandingkan dengan dua hari yang lalu. Bisa dipastikan tumpukan salju putih akan mengelilingi manor esok pagi, membuat kami menghabiskan waktu seharian hanya untuk membersihkannya. Tetapi, itu cukup menyenangkan karena ayah tidak pernah kehabisan ide untuk menghidupkan suasana. Ayah akan mengajakku membangun istana salju yang cantik dengan bantuan mantra sihir tentu saja, atau bermain lempar bola salju yang berakhir dengan keributan karena ayah tidak sengaja mengenai wajah grandpa.
"Kau ingin kuhapus dari daftar ahli waris?" Tanya Egor sambil menatap ke arah putranya.
"Father aku benar-benar tidak sengaja." Simon berjalan dengan hati-hati mendekati ayahnya. "Kumohon jangan hapus namaku." Ia merangkul bahu Egor dan membersihkan bekas-bekas salju yang menempel di mantel hitamnya. "Aku tak bisa hidup tanpa hartamu."
"Anak kurang ajar." Simon langsung menyelamatkan diri dari pukulan Egor tapi kemudian ia berakhir jatuh tersungkur di atas salju tebal. Membuat kami berempat tertawa.
Suasana malam natal kali ini terasa begitu hangat, kami semua berlindung di dalam sini dari hawa dingin menusuk di luar sana. Seperti biasa, kami berkumpul di depan perapian setelah menyantap makan malam. Ayah kembali ke kamar sebentar untuk mengurus pekerjaannya sedangkan ibu bersama grandma pergi membuat cokelat panas, minuman wajib di malam natal. Dan aku berakhir bersama grandpa disini, mendengarkan ia berdongeng tentang kisah tiga saudara sambil bergelung di dalam pelukannya yang begitu hangat. Bagiku, grandpa adalah panutan yang luar biasa, seseorang dengan perak di rambutnya dan emas di hatinya, melaluinya aku mengetahui sisi lembut pria.
Bertepatan dengan dongeng yang telah selesai diceritakan, grandma dan ibu datang sambil membawa lima cangkir cokelat panas yang diletakkan di atas nampan emas. Melihat itu, aku dengan antusias mengambil salah satunya, menyesapnya dan merasakan kehangatan yang memenuhi rongga mulutku. Grandma mengambil posisi duduk di sebelahku, ia menyodorkan secangkir khusus untuk grandpa yang sengaja dibuat agar tidak terlalu manis.
"Ini kado natal untukmu, cucuku." Sigrid menyodorkan kotak berwarna merah.
"Terima kasih, grandma." Aku mencium salah satu pipinya lalu membuka penutup kotak itu, dan mendapati syal berwarna biru tua dengan bordiran angsa berukuran kecil di salah satu ujungnya, tak lupa sulaman nama panjangku di bawahnya. Melihat itu, aku jadi teringat bentuk patronusku.
"Aku mempelajari patronus sebelum liburan." Ucapku.
Mendengar itu, ketiganya tersenyum menatapku. "Dan apa bentuk patronusmu sayang?" Tanya Isabel.
"Angsa putih, mom. Cantik sekali." Jawabku sambil tersenyum lembut.
"Kau ingin tau arti patronusmu?" Tanya Sigrid, aku mengangguk.
"Itu simbol cinta, keindahan, kesetiaan dan juga pengorbanan. Seseorang yang patronusnya angsa putih, memiliki keinginan kuat untuk melindungi semua yang mereka cintai." Kata Sigrid dan perasaanku langsung menghangat setelah mendengarnya.
"Kau harus bangga dengan patronusmu, cucuku." Sahut Egor. Aku tersenyum menatapnya. "Ini kado natal dariku." Egor mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam dan aku pun menerimanya.
"Terima kasih, grandpa." Ucapku sambil mengecup pipinya, sama seperti yang kulakukan pada grandma. Aku membukanya dan mengangkat tinggi-tinggi kalung itu, sebuah kalung yang sangat sederhana, hanya terbuat dari tali hitam dengan batu kristal mentah berwarna biru muda. "Ini begitu cantik, aku akan terus memakainya."
"Ini bentuk perlindunganku." Egor mengambil alih kalung itu lalu memasangkannya di leherku. "Jangan pernah melepasnya."
"Apa maksudnya?" Aku menatap Egor dengan pandangan bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfic15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...