Langit-langit Aula besar masih terlihat mendung meski hujan badai telah mereda di luar. Awan-awan hitam berpusar di atas ketika kami bertiga duduk di salah satu meja untuk sarapan sebelum memulai pelajaran di hari pertama. Hermione, Ron, dan Harry terlihat begitu fokus membaca daftar pelajaran barunya, sementara aku masih menikmati sarapan dalam diam.
"Dua jam Ramalan sore ini." Harry mengeluh. Ramalan adalah pelajaran yang paling tak disukainya, selain Ramuan. "Dia pasti akan meramalkan kematianku lagi."
"Mestinya didrop saja, seperti kami." kata Hermione. "Jadi kau bisa ambil pelajaran yang lebih masuk akal seperti Arithmancy."
"Atau Alkimia." Timpalku sambil memasukkan gigitan terakhir roti selai stroberi ke dalam mulut.
Ron mendengus. "Ramalan terlihat jauh lebih baik dibanding itu. Semua yang kubutuhkan untuk bertahan di sana hanyalah kemampuan mengarang, bukan memahami rumus ataupun meneliti bebatuan."
"Ayo, kita pergi ke kelas Hagrid." Harry beranjak bangun disusul kami bertiga.
"Semoga tidak ada yang membuat masalah di hari pertama." Sindir Ron, matanya melirik ke arahku.
"Yah, kurasa aku tidak berhak mengaturnya." Balasku, tersenyum sekilas saat berpapasan dengan anak Ravenclaw tahun ketiga di depan pintu Aula besar.
Kami berjalan menuruni padang rumput landai menuju pondok kecil Hagrid, di tepi hutan terlarang. Beberapa murid sudah berkumpul di sana, masih mengobrol santai karena kelas belum di mulai. Di sisi lain, Hagrid berdiri di depan pondok kayunya, satu tangannya memegangi ban leher anjing pemburu besar, Fang. Ada beberapa peti kayu di tanah di dekat kakinya. Ia tersenyum saat melihat kedatangan kami yang langsung mengambil posisi berdiri paling depan. Tatapan kami terpaku pada peti-peti itu setelah mendengar bunyi derak aneh, diselingi letupan-letupan kecil dari dalam sana.
"Selamat pagi semua!" sapa Hagrid. "Sebaiknya tunggu anak-anak Slytherin, mereka pasti tak mau ketinggalan ini- Skrewt Ujung-Meletup!"
"Apa?!" Pekik Ron.
Hagrid membuka semua penutup peti sehingga menampilkan isi di dalamnya. Makhluk yang disebut Skrewt ujung meletup itu terlihat menjijikan karena tidak memiliki kulit dan berlendir, bentuk kakinya sangat aneh dan aku tidak bisa menemukan kepala mereka. Setiap peti berisi kira-kira seratus, masing-masing sepanjang lima belas senti, saling merayap di atas tubuh temannya, menabrak keempat dinding peti. Baunya busuk, dan terkadang memercikan bunga api dari ujung ekornya.
"Iiiihhh!" Jerit Lavender, melompat mundur. Kurasa itu reaksi yang normal bahkan raut wajah Hermione juga terlihat jijik.
"Baru saja menetas," ujar Hagrid bangga, "jadi kalian akan bisa besarkan mereka sendiri! Kita bikin proyek kecil!"
"Dan kenapa kita mau membesarkan mereka?" tanya suara dingin. Semua murid langsung menoleh ke belakang, menatap anak-anak Slytherin yang baru tiba. "Maksudku, apa kegunaan mereka?" Lanjut Draco, ia berhenti tepat di belakangku. "Untuk apa mereka?"
"Itu untuk pelajaran berikutnya, Malfoy. Kalian cuma beri makan mereka hari ini." Kata Hagrid. "Aku belum pernah punya Skrewt, jadi tak tahu mereka suka apa." Ia menunjuk tiga wadah besar yang tersusun sejajar di atas meja kayu tua. "Aku sudah menyiapkan telur semut, hati kodok dan potongan-potongan ular rumput-coba saja dulu sedikit-sedikit."
Harry, Hermione, Ron dan murid lainnya berjalan mendekati meja kayu untuk mengambil isi dari ketiga wadah tersebut. Saat aku ingin ikut bergabung bersama mereka, Draco menghentikan pergerakanku dengan mencengkram tanganku dari belakang. "Jangan coba-coba." Kata Draco tajam, lalu menarikku agar berdiri di sebelahnya.
"Tapi itu tugas kita."
Ia mendengus. "Apa kau mau menenggelamkan dirimu ke dalam danau hitam kalau itu yang ditugaskan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...