Beberapa hari telah berlalu, dan Ron belum diizinkan meninggalkan Hospital Wings oleh Madam Pomfrey. Selama itu, Hermione selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Ron sekaligus merawatnya dengan caranya sendiri, yang menurutku lebih banyak omelan dan ancaman, mengingat Ron selalu menolak meminum obatnya. Mengenai Lavender, gadis itu mengakhiri hubungan mereka di hadapan kami bertiga secara langsung. Meski Ron tampak sedikit terkejut awalnya karena tidak tahu alasan mengapa ia diputuskan. Namun, ia memilih mengacuhkannya.
Horace terkadang mengundangku ke acara makan malamnya. Dan seperti biasa, hanya aku seorang yang diundangnya. Entah mengapa ia tidak lagi mengundang murid-murid lain, seolah-olah semua itu tidak lagi penting di matanya. Padahal aku tahu seberapa pentingnya semua itu bagi Horace di masa lalu. Terkadang ia menanyai tentang keadaan Ron karena masih merasa bersalah, meski semua orang menganggap bahwa peristiwa itu hanyalah suatu kecelakaan yang tak disengaja, mengingat saat itu Ron ada di kantor seorang guru Ramuan, dan ia langsung diberi penangkal. Dan setelah acara makan malam berakhir, ia melanjutkan latihan Occlumency kami yang sempat tertunda waktu itu.
Sekembalinya dari kantor Horace, aku melihat seorang pria berambut hitam duduk di dekat pintu masuk asrama Ravenclaw sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Aku tidak dapat menahan diri dan tertawa geli sehingga membuatnya mendongak, menatapku dengan wajah frustrasinya.
“Apa yang kau lakukan disana Landon? Jangan bilang kau lupa jawabannya.”
Landon, murid tahun ke lima yang langsung mengenalkan dirinya padaku di tahun pertamanya berada di Hogwarts, dan semenjak saat itu aku mulai menjadi tutornya, mengajarinya semua hal yang tidak ia mengerti lalu Violet dan Jake ikut bergabung meski ia telah berkali-kali melarangnya dengan alasan kekanakan. Kemudian, di tahun berikutnya, adik perempuannya, Diana. Ia juga ikut bergabung bersama Julian.
“Aku tidak pernah sesenang ini dalam hidupku,” Jawabnya dengan nada dramatis seraya beranjak bangun. “Kau tahu Calla? Aku baru saja menyelesaikan ujian OWL susulanku di ruangan Snape. Dan Azkaban terdengar jauh lebih baik dibanding berada dalam satu ruangan bersamanya. Lalu aku mengerjakan soal-soal sialan itu secepat mungkin... Yaa, walau menurutku tidak terlalu susah karena kau telah mengajariku sebelumnya. Tapi tetap saja, kepalaku hampir pecah setiap kali membaca pertanyaannya yang dibuat berbelit-belit. Aku tidak paham mengapa mereka tidak langsung ke pertanyaan intinya saja?”
Landon berhenti bicara untuk menarik napas dan aku tahu dia belum selesai mengatakan semua yang ingin disampaikannya.
“Dan akhirnya aku menyelesaikan ketiga ujian susulanku...” lanjutnya. “Lalu aku memutuskan kembali ke asrama, membayangkan ranjangku yang nyaman tengah menungguku di sana. Tapi disinilah aku berakhir...” ia merentangkan kedua tangannya. “Aku tidak bisa masuk ke dalam karena pintu sialan ini tiba-tiba mengubah teka-tekinya, lihat ini!” Landon mengetuk pintunya lalu tak lama pengetuk perunggu dalam bentuk seekor elang mengajukan sebuah pertanyaan.
“Bayangkan kau berada di ruangan yang gelap. Bagaimana caranya agar kau bisa keluar?”
“Astaga! Aku sudah dibuat pusing oleh ujian susulan OWL, dan sekarang aku harus memikirkan ini agar bisa masuk ke asramaku sendiri.” Ia mengacak-ngacak rambutnya karena frustrasi lalu kembali menatap perunggu berbentuk elang itu. “Aku memikirkan semua kemungkinan tapi tidak ada yang benar dan sekarang aku tidak bisa berpikir lagi.”
“Tenanglah Landon.” Ucapku setelah ia berhenti bicara seraya mengelus lengan kekarnya, hasil dari latihannya sebagai beater di tim Quidditch Ravenclaw. “Aku akan membantumu masuk.” Sekali lagi, aku mengetuk pintu masuk asrama lalu perunggu berbentuk elang itu mengatakan teka-tekinya :
“Bayangkan kau berada di ruangan yang gelap. Bagaimana caranya agar kau bisa keluar?”
“Bukankah ini mudah? Kau hanya perlu berhenti membayangkannya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...