Cuaca terlihat begitu buruk pagi ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana langit tampak sedikit lebih cerah. Namun, kini langit kembali menggelap seolah menandakan bahwa hujan badai akan segera turun. Meskipun begitu, pertandingan akan terus berlanjut setelah memastikan hujan tidak akan turun dalam kurun waktu dekat. Tetapi seandainya benar terjadi hujan badai pun, kedua tim yang bertanding tetap meneruskan permainan karena tak ada satupun yang bisa menghentikan pertandingan Quidditch yang sudah ditetapkan.
Hermione duduk di hadapanku sambil membaca Daily Prophet, sementara Ron yang baru keluar dari rumah sakit pagi ini, tampak begitu menikmati sarapannya di sebelah Hermione. Lalu Harry yang berada di sebelahku sedang asyik mengobrol bersama Ginny di dekatnya.“Berani bertaruh, Ravenclaw-lah pemenangnya,” kata Ron sambil memotong tomat panggangnya lalu memakannya, membuat perhatian kami berempat tertuju padanya.
“Kau berkata seolah-olah kami akan mendukung Slytherin,” Sahut Ginny.
“Apa kau juga akan melewatkan pertandingan kali ini?” Tanya Hermione, dan semuanya tahu bahwa pertanyaan itu ditujukan untukku.
“Tidak, aku akan datang kesana,” jawabku, lalu kembali mengarahkan perhatianku pada potongan waffle hangat yang baru kumakan setengahnya.
“Lihat! Anak buahmu menghampiri kita,” bisik Ron, dan mau-tak mau, aku kembali mengangkat wajahku untuk melihat siapa yang dimaksudnya.
“Kami boleh pinjam Calla sebentar?” Tanya Landon, yang telah berada dalam balutan seragam Quidditch-nya. Di belakangnya berdiri Jake dan Violet. Entah mengapa dia menjadi lebih pendiam ketika berhadapan dengan orang lain, kecuali kami berlima. Padahal ini bukan kali pertamanya berinteraksi dengan Ron, Hermione ataupun Harry.
“Ohh tentu, silahkan Landon,” jawab Ron.
“Biarkan aku menyelesaikan sarapanku,” sahutku.
Tanpa banyak bicara, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil piring beserta gelas minumanku. “Tidak banyak waktu yang tersisa sebelum pertandingan,” ucapnya lalu berjalan menuju meja asrama Ravenclaw yang bersebelahan dengan meja Gryffindor diikuti oleh Jake dan Violet.
Aku bertukar pandang dengan Hermione dan Ron sebelum mengikuti mereka bertiga. Bisa kurasakan, rasa penasaran mulai menjalariku karena tidak seperti biasanya Landon bersikap seperti ini. Ia terlihat begitu serius, sesuatu yang hampir tak pernah kulihat darinya.
“Kuharap, ini hal penting,” ujarku sambil mendudukkan diri di sebelahnya lalu melanjutkan sarapanku yang tertunda. “Karena aku tak punya waktu untuk kekonyolanmu.”
Hening sejenak, aku mengangkat salah satu alisku saat melihat Landon mengerling ke arah Violet yang sedang menggigit sebuah apel lalu beralih pada Jake yang sedang menuangkan jus labu ke dalam gelasnya. Seolah meminta persetujuan terlebih dahulu sebelum mengatakannya.
“Oke, aku pergi...” Baru saja ingin beranjak bangun, namun Landon langsung menggenggam lenganku untuk menghentikanku.
“Kami melihat Malfoy tadi—“ ia terdiam.
Aku berdecak, bertanya-tanya lelucon apalagi yang akan dimainkannya kali ini. “Bukankah itu hal yang wajar karena ia juga salah satu murid disini? Tapi, kenapa ekspresimu seolah kau baru saja menemukan diadem Ravenclaw?”
“Aku serius, Calla. Kami melihatnya saat menuju kemari. Ia terlihat begitu marah dan hampir melampiaskan emosinya pada Nott,” Kata Landon, setengah berbisik. Aku mencoba mencari secercah kebohongan dari mata sewarna zambrud itu. Namun, Landon berkata yang sejujurnya. “Di sana juga ada Zabini, Crabbe dan Goyle, mereka hanya berdiri di sana, tidak melakukan apapun.”
“Awalnya kami tak ingin memberitahumu karena takut membuatmu cemas, tapi kami berpikir kau harus tau tentang ini.” Timpal Jake.
“Aku tak mau kau berurusan dengannya lagi, okay?” aku menatap Landon dengan pandangan tak setuju. “Kau tahu kami peduli padamu, bukan? Dia hanya bisa memberimu rasa sakit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...