Akhir Pekan

2.4K 336 9
                                    

Aku membaca tulisan itu beberapa kali. Sekalipun melalui secarik perkamen, Draco berhasil membuat tubuhku gemetaran seperti ketika aku berhadapan langsung dengannya. Seingatku, seminggu yang lalu aku memintanya untuk memahami kondisiku, yang harus menemani Harry selama Hermione masih berusaha membujuk Ron. Dan tak kusangka, ia bersedia melakukannya meski raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan saat aku mengatakannya. Tetapi setelah mendapat surat singkat itu, rasanya aku tidak dapat menahan diriku lebih lama lagi untuk tidak menemuinya. Aku ingin melompat-lompat kegirangan, tapi kutahan. Sebagai gantinya, aku hanya tersenyum senang sambil memandangi tulisan tangannya lalu berlarian menuju gerbang depan Hogwarts, setelah sebelumnya pamit kepada Neville yang hanya dibalas dengan anggukan dan seutas senyum.

Aku sendiri heran, mengapa aku bersikap seperti ini? Yang kupikirkan hanyalah ia yang sedang menungguku. Dan keinginan untuk bertemu Draco semakin menggebu-gebu dalam hatiku, rasanya seolah beban di bahuku meluruh seketika hanya dengan membayangkan aku bisa menghabiskan satu hari bersamanya. Butuh dua puluh menit untuk sampai di gerbang depan Hogwarts, aku mengernyit bingung ketika melihat beberapa murid kelas tiga ke atas, satu per satu menaiki kereta tanpa kuda yang telah membentuk barisan lurus di luar gerbang, dan beberapa telah melaju pergi.

Tetapi kemudian, aku teringat bahwa hari ini adalah hari kunjungan ke Hogsmeade. Pantas saja murid kelas tiga terlihat begitu antusias. Seandainya Ron dan Harry tidak sedang bertengkar, kami pasti akan pergi ke sana bersama-sama. Mengelilingi semua toko, menghabiskan waktu dengan duduk santai di Three Broomsticks, yang entah kenapa rasanya tidak pernah membosankan meski kami telah menjelajahi setiap sudut desa itu.

Begitu penglihatanku menangkap sosok Draco yang tengah bersandar di gerbang batu sambil memasukkan kedua tangan ke dalam kantong mantel hitamnya, menatap bosan ke arah Pansy, Blaise, Crabbe dan Goyle yang sedang mengobrol di depannya. Aku langsung bergegas menghampiri mereka berlima, dan Draco mulai menegakkan tubuhnya saat ia tak sengaja melirik ke arahku.

“Halo...” sapaku, sedikit canggung.

Blaise hanya mengangguk singkat sebagai balasan sementara Crabbe dan Goyle mengangkat kedua alisnya sekilas dan tersenyum kecil.

“Hai... calon nyonya Malfoy.” Kata Pansy, mengedipkan salah satu matanya.

“Jangan mengada-ngada.” Ujarku, menatap jengah ke arahnya.

Tubuhku menegang seketika saat Draco meletakkan satu tangan di bagian punggung bawahku lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik. “Aku merindukanmu.”

“Kalian yang disana!” Teriak Mr. Filch, mengalihkan perhatian kami semua. “Ayo cepat naik ke kereta!”

Goyle mendengus. “Dasar squib menjijikkan.” Aku mengernyit karena tak nyaman mendengarnya. Kemudian, ia bersama Crabbe naik terlebih dahulu, mengisi dua tempat di bagian kanan disusul olehku dan Draco, mengambil posisi duduk berhadapan dengan mereka berdua.

“Seingatku.” Bisikku pada Draco. “Aku tak pernah setuju untuk ikut denganmu ke Hogsmeade.”

Lelaki itu berdecak sebal. “Diamlah Calla, kau tidak tahu betapa susahnya aku menahan diri untuk tidak menarikmu menjauh dari Potter." Nada suaranya terdengar sangat kesal. "Aneh sekali rasanya tidak bicara denganmu selama itu." Sambungnya.

Kedua tanganku bergerak memeluk lengannya. “Terima kasih Draco. Sebagai gantinya, aku akan bersamamu seharian ini.”

“Hanya hari ini saja?” Ia melirikku.

“Mau bagaimana lagi? Mereka berdua masih bertengkar.”

Draco menghela napas dalam. “Tidak bisakah mereka berhenti bersikap kekanakan? Maksudku, aku tidak peduli dengan nasib pertemanan mereka. Tapi secara tidak langsung, sikap permusuhan mereka juga ikut menyulitkanku.”

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang