+✨explicit part✨+
Hampir memasuki tengah malam dan Draco belum juga kembali ke asrama. Seharusnya ia sudah kembali bersama Pansy karena mereka telah menyelesaikan tugas patroli malam. Tetapi, ia memutuskan untuk pergi ke menara astronomi, setidaknya sebentar saja, ia butuh menyegarkan pikirannya. Draco sangat menyukai pemandangan Hogwarts di malam hari, melihat betapa cantiknya langit di kala itu, bulan tipis tergantung di antara bintang intan dalam warna hitam lembut. Menurutnya, hidup selalu terasa lebih baik di malam hari, dimana ada beberapa hal yang tidak bisa ia dapatkan di siang hari, salah satunya ketenangan.
Ia tersenyum tipis saat melihat rasi bintang itu. 'Konstelasi Draco', jarang sekali ia bisa melihatnya secara langsung seperti ini. Mengingat namanya terinspirasi dari hal sehebat itu, membuat perasaannya sedikit menghangat, rasanya semesta seperti sedang berpihak kepadanya sekarang, mencoba untuk menghiburnya. Ia bertanya-tanya, apakah ini akan menjadi detik-detik penantian hari kelahirannya yang paling berharga? Meski hanya terdapat sedikit perbedaan dan sisanya, ia sudah terbiasa.
Tidak ada satupun yang mengingatnya dan kedua orangtuanya juga baru mengiriminya surat beberapa minggu setelahnya, dengan tambahan kalimat permohonan maaf karena mereka lupa. Namun sepertinya, tahun ini mereka tidak akan mengirimkannya, melihat situasi di Malfoy Manor yang tidak setenang sebelumnya lagi. Beban pikiran Lucius sangat berat saat ini dan Narcissa memfokuskan dirinya untuk membantu sang suami, selalu berada di sisinya kapanpun dan dimanapun.
"Selamat ulang tahun." Ucap Draco setelah mendengar bunyi jam Hogwarts yang berdentang tiga kali, pertanda telah memasuki waktu tengah malam.
Draco tersenyum miris, sejujurnya ia sangat lelah, ia ingin pulang ke rumahnya dan beristirahat disana, bersembunyi dari rasa kebencian yang selalu dilontarkan oleh semua orang di sekitarnya. Tapi Malfoy Manor bukan lagi rumahnya, ia sadar itu, bangunan megah itu hanya berisi kekosongan, kehampaan dan tidak pernah ada kehangatan di dalamnya, tidak ada yang menyambutnya setiap kali ia pulang. Ironis sekali, ini seperti ia rindu pada tempat yang bahkan tidak ada.
Jabatannya sebagai seorang prefek juga tidak mengubah segalanya menjadi lebih baik, ia pikir ayahnya akan memujinya sebentar saja karena telah terpilih menjadi prefek. Namun Lucius terlalu acuh dan dingin membuat Draco ingin mengundurkan diri karena ini sangat melelahkan, meski pada akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, alasannya lagi dan lagi untuk membanggakan ayahnya.
Draco memejamkan matanya begitu melihat bintang jatuh, dia akan membuat harapan pada bintang itu, berharap dan berdoa saat dia melakukannya segala sesuatu dalam hidupnya akan berubah.
Di sisi lain...
"Keluarlah!" Seru Pansy sambil berbisik, membuatku keluar dari tempat persembunyianku yang berada tak jauh dari asrama Slytherin.
"Kau yakin dia belum kembali ke kamarnya?"
"Dia pergi ke menara astronomi dan kurasa kau punya cukup waktu untuk menyelinap masuk ke kamarnya."
Aku mengangguk paham lalu kami berjalan menuju asrama Slytherin.
"Hohoho, dimana gadis polos yang kukenal? Apa Draco berhasil merubahnya menjadi gadis nakal?" Ledek Pansy.
"Oh Shut up Pansy!" Kami berhenti sejenak di depan pintu masuk, menunggu Pansy mengucapkan kode agar pintu itu terbuka.
Begitu terbuka, aku bisa melihat area common room Slytherin yang dipenuhi nuansa kehijauan. Dan jangan lupakan jendela yang mengarah ke bagian dalam danau hitam. Kegelapan malam berhasil membuatnya terlihat semakin mengerikan, aku bertanya-tanya makhluk apa yang menanti disana.
"Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panas." Bisik Pansy. "Pastikan kalian menggunakan mantra pengedap suara, oke?"
Wajahku memanas seketika, kenapa aku harus salah tingkah dengan ucapan Pansy yang kemungkinan tidak akan terjadi. "A-apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...