"Kau dengar itu Harry?" Bisikku. "Kita harus berbagi." Lelaki itu hanya melirikku sambil tersenyum miring.
"Bukankah kau bisa membuatnya sendiri?" Balas Harry tak kalah berbisik, dan aku segera menyikutnya karena takut ketahuan telah bertindak curang dengan memberinya ramuan itu sebelum pertandingan pertama turnamen triwizard dimulai. Bisa kulihat Profesor Slughorn tersenyum penuh arti menatap kami berdua yang saat ini sedang berdiri di depan kelas sambil memegang cairan keberuntungan, lebih tepatnya Harry yang melakukannya.
"Baik. Kelas dibubarkan, kalian boleh keluar." Ucap Profesor Slughorn. "Kecuali kau miss Avery, aku ingin bicara denganmu sebentar." Mendengar itu, aku menghela napas. Lagi-lagi rencanaku untuk berbicara dengan Draco harus diundur.
"Kami akan menunggumu di aula." Ucap Hermione pelan saat berjalan melewatiku, aku hanya mengangguk singkat.
Sekilas Draco melirik ke arahku sembari berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh Pansy, Blaise, Crabbe, dan Goyle. Tatapannya terlihat begitu dingin saat mata kami bertemu, tidak ada lagi kehangatan seperti biasanya. Perutku terasa mual. Seharusnya ini tidak terjadi. Aku tidak tahan dengan jarak yang terbentang di antara kami. Sepertinya Draco telah menutup diri. Lelaki dingin dan menjaga jarak ini bukan Draco yang kukenal. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, saat mengingat bahwa akulah penyebabnya.
Seluruh murid telah keluar, menyisakan aku dan Profesor Slughorn di dalam sini. Ruangan berubah menjadi hening, tidak ada lagi suara derit kuali yang ditarik mendekat oleh para murid, dan dentang-dentang keras ketika kami mulai menimbang bahan ramuan. Hanya terdengar suara gelegak dari dalam kuali ramuan seolah dikeraskan sepuluh kali, setidaknya suara-suara itu membuat ruangan ini terasa lebih hidup.
"Nah, miss Avery." Kata Profesor Slughorn, mulai membuka suara. "Aku hanya penasaran, dan rasanya agak bodoh menanyakannya walaupun alasanku menahanmu disini bukan karena itu." Aku mengernyit bingung. "Apa kau dan Harry--"
"Oh tidak, sir. Kau salah sangka kami hanya berteman dekat. Aku mengenal Harry, Hermione dan Ron dari tahun pertama." Jawabku cepat sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, jadi ini maksud dari senyumannya tadi.
Raut wajahnya terlihat agak kecewa meski ia masih menyunggingkan senyuman. "Yah, sayang sekali." Ucapnya. "Aku sempat berharap tadi dia bisa menjadi keluargaku." Profesor Slughorn mulai menegakkan tubuhnya, menatap penasaran ke arahku. "Apa kau mengetahui dari keluarga mana ibumu berasal?"
Aku mengangguk. "Orangtuaku pernah membawaku kesana sekali, ke tempat dimana mom tumbuh dewasa. Itu pertama kalinya aku mengetahuinya." Jawabku. "Dan dad sempat memberitahuku bahwa masih ada anggota keluarga mom yang masih hidup." Tiba-tiba saja perasaan bersalah mulai menjalari tubuhku. "Maafkan aku, sir. Aku telah bertindak tidak sopan, hanya saja aku bingung harus bersikap seperti apa, karena ini pertama kalinya aku bertemu denganmu."
"Bukan masalah besar, miss--" Suaranya menggantung. "Kau tidak keberatan jika aku memanggil namamu bukan?"
"Tidak, sir. Kau boleh memanggil namaku, mengingat aku masih satu keluarga denganmu." Baru saja, Profesor Slughorn ingin mengajukan pertanyaan lainnya. Namun suara bising di luar mengalihkan perhatian kami berdua. Sepertinya murid-murid yang akan menempati ruangan ini sebagai pelajaran berikutnya telah berdatangan.
"Kelihatannya, aku tidak bisa menahanmu lebih lama lagi. Padahal masih banyak yang ingin kutanyakan." Dia berjalan membuka pintu kelas ramuan, disusul olehku yang sudah berdiri di sebelahnya. "Aku akan mengundangmu lain waktu." Ucapnya, aku hanya mengangguk singkat lalu berjalan menerobos anak-anak kelas tiga yang masih berdiri di luar sana karena belum diizinkan untuk masuk ke dalam.
Aku bergegas menuju aula, menemui Harry, Ron dan Hermione yang telah menungguku disana. Tetapi kemudian aku menangkap tiga sosok yang tampak tidak asing lagi dari ekor mataku ketika berjalan melewati lorong yang bersebelahan dengan halaman luar Hogwarts. Ketiganya duduk di atas rumput, menikmati matahari. Tanpa pikir panjang, aku berjalan menghampiri mereka, dan ikut bergabung duduk di sebelah Harry. Di sekeliling kami, kuncup-kuncup hijau menyembul dari dahan pepohonan, menghidupkan kembali segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...