Telur emas

2.1K 333 15
                                    

Pagi hari ini kami berempat berkumpul di aula untuk sarapan. Hermione duduk disampingku sedangkan Harry dan Ron berada di hadapan kami. Aku menikmati makananku dalam diam, di sisi lain Hermione membaca daily prophet sebagai hidangan pembukanya, astaga dia seperti orangtua saja.

"Hai Harry!" Ucap Parvati Patil dan saudara kembarnya Padma Patil begitu berjalan melewati meja kami.

Harry tersenyum tipis lalu diam-diam mencuri pandang ke arah meja dimana cho dan kawan-kawannya duduk.

"Cho, Harry sedang melihatmu." Cho dan kedua temannya menatap ke arah Harry sambil tersenyum, hal itu membuatnya gugup dan mengeluarkan air yang baru saja diminumnya.

"Eww Harry! Kau jorok sekali." Ucapku.

"Lihat ini!" Seru Hermione yang sedari tadi diam. Dia menurunkan koran itu ke atas meja. "Aku tak percaya ini! Dia melakukannya lagi."

Gadis itu membacakan tulisannya. "Nona Granger, gadis biasa tapi ambisius, sepertinya menyukai penyihir terkenal. Mangsa terbarunya menurut narasumber tak lain dan tak bukan adalah pria Bulgaria tampan, Viktor Krum. Belum ada tanggapan dari Harry Potter terhadap pukulan emosional terakhir ini."

Aku menarik koran itu dan melipatnya. "Tidak kusangka kau menghabiskan waktumu untuk membaca berita tolol ini."

Tak lama kemudian, seorang murid tahun pertama datang menghampiri Ron. Ia membawa kotak bingkisan yang berukuran setengah dari tubuhnya. "Parsel untukmu, Mr. Weasley."

"Terima kasih Nigel." Ron menerima kotak itu dan Nigel masih berdiri disana sambil tersenyum ke arah Harry. Semenjak turnamen pertama sepertinya lelaki satu ini mendapatkan banyak penggemar. "Tidak sekarang Nigel. Nanti." Bisik Ron. "Pergilah." Nigel pun langsung pergi.

Hermione menatap Ron dengan pandangan menuntut penjelasan. "Aku bilang kepadanya bahwa akan kuberi tanda tangan Harry."

Ron membuka kertas pembungkus kotak besar itu. "Lihat, ibu mengirimiku sesuatu." Ia mengeluarkan isi dari dalam kotak itu yang ternyata sebuah umm mantel kuno? "Ibu mengirimiku gaun." Ron berdiri dan melebarkan pakaian itu.

"Warnanya cocok dengan matamu. Apa ada topi bonet?" Ledek Harry lalu mengambil bagian lainnya dari dalam kotak.

"Diamlah, Harry." Ron berjalan menuju adiknya. "Ginny ini pasti untukmu."

"Aku tidak akan memakai itu. Itu mengerikan." Balas Ginny.

Aku dan Hermione tertawa melihatnya. "Pakaian itu bukan untuk Ginny tapi untukmu." Ucap Hermione dan seluruh murid yang mendengarnya langsung tertawa.

"Ron aku tidak bisa membayangkan kau memakai itu." Ucapku sambil tertawa geli.

"Berani bertaruh, nenekmu pasti punya satu yang seperti ini."

"Ron asal kau tau, selera berpakaian nenekku sangat tinggi, dia tidak mungkin memakai itu."

"Benarkah?" Ron terlihat tidak percaya. "Lagipula untuk apa ibu mengirimiku ini."

"Itu jubah pesta Ron." Ucap Hermione.

"Jubah pesta? Untuk apa?"

"Ohh c'mon, tentu saja untuk pesta dansa yule ball nanti." Sahut seorang murid membuat kami bertiga -tidak termasuk Hermione- terdiam. Apa-apaan ini, aku baru tau jika kita akan mengadakan acara seperti ini.

¥¥¥

Kabar mengenai acara pesta dansa yang akan dilaksanakan sebelum hari natal sudah menyebar ke segala penjuru. Suasana di Hogwarts berubah seketika, semua perempuan gelisah karena takut tidak ada yang mengajaknya sekaligus tidak sabar menanti siapa lelaki yang akan menjadi pasangan mereka.

Belongs To MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang