Saat ini, seluruh penghuni asrama Ravenclaw sedang berkumpul di ruang rekreasi untuk menyambut murid tahun pertama, dan seharusnya aku ikut berkumpul juga. Namun, rasanya aku malas sekali jika harus berada di tengah keramaian, jadi kuputuskan untuk tetap tinggal di dalam kamar, duduk terdiam di dekat jendela sambil memeluk kedua lutut, menatap ke arah bintang-bintang yang berkilauan di atas sana. Musim panas membuat langit terlihat begitu cerah malam ini. Meski pemandangan di depanku sangat cantik, tapi pikiranku terus saja berkelana sehingga aku tidak bisa menikmatinya.
Ucapan Draco siang tadi terus berputar di dalam pikiranku. Aku membayangkan dia sendirian, menghadapi ancaman seorang penyihir jahat yang keberadaannya sedang ditakuti oleh banyak orang. Dan kengerian mulai menjalar ke tenggorokanku, disusul oleh perasaan bersalah. Seharusnya aku mendengarkannya, seharusnya aku tidak menekannya terlalu keras. Yang dia butuhkan saat ini hanyalah sosok diriku yang bisa mendukungnya, memahaminya, dan menenangkannya. Namun justru sebaliknya, aku mendorongnya pergi saat Draco sedang tidak ingin jauh dariku, dan itu pasti menghancurkan hatinya.
"Calla." Panggil Luna sambil menepuk bahuku dari samping. "Ada apa? Kenapa kau menangis?" Setelah mendengar itu, aku langsung mengusap pipiku dengan kedua tangan, dan benar saja, aku mendapatinya basah. "Apa ini soal Malfoy?" Tanya Luna lagi dengan hati-hati, ia mengambil posisi duduk di sebelahku.
"Luna..." Ucapku lirih. "Aku jahat sekali, bukan?"
Gadis itu menggeleng pelan, lalu memelukku dari samping, meletakkan kepalanya di atas bahuku. "Kau sama sekali tidak jahat Calla. Tidak ada yang menganggapmu jahat."
"Mereka semua keliru." Kataku dengan suara pelan.
"Kau yang keliru dengan dirimu sendiri."
"Aku telah menyakiti seseorang, Luna." Suaraku terdengar parau. "A-aku meninggalkannya disaat dia membutuhkanku."
"Itu tidak menjadikanmu seseorang yang jahat". Tangannya mulai bergerak mengelus lengan atasku. "Kau pasti punya alasan tersendiri."
"Tapi aku pernah berjanji untuk selalu di sisinya, menemaninya. Dan sekarang, apa yang telah ku lakukan?" Suaraku tertahan di ujung lidah. "Dia pasti membenciku." Aku menghela napas berat.
"Setiap orang pernah melakukan kesalahan, dia pasti bisa memahami alasanmu." Jawab Luna.
"Apa dia akan memaafkanku?"
"Percayalah dengan apa yang ingin kau percayai." Aku mengangguk dan tidak mengganggunya dengan pertanyaan lagi. Tidak ada yang bisa kulakukan selain berharap pagi segera tiba, dan kemudian aku bisa pergi menemui Draco untuk minta maaf kepadanya.
¥¥¥
Langit-langit aula besar berwarna biru terang dan di sana-sini dihiasi gumpalan tipis awan, persis seperti petak-petak langit yang tampak dari kaca-kaca jendela yang tinggi. Aku duduk bersama Harry, Ron, dan Hermione di dalam sini, menikmati sarapan. Di sekeliling kami, murid-murid terlihat begitu antusias saat mengobrol dengan temannya, namun aku sedikit merasa kecewa karena tidak menemukan sosok Draco pagi ini. Kemana perginya lelaki itu? Apa dia tidak sarapan? Astaga, ini membuatku mulai mencemaskannya.
"Masa dia mengira kita menyukai pelajaran konyol itu. Menurut kalian, apa ada yang meneruskan Pemeliharaan Satwa Gaib?" Kata Ron, menelan utuh satu telur dadar.
"Kapan salah satu dari kita pernah menunjukkan... kalian tahu... antusiasme?" Kata Hermione, tampak sedih.
"Bagaimana denganmu?" Aku tersentak saat Harry menyikut tubuhku, lalu menatap bingung ke arah mereka bertiga yang sedang menunggu jawabanku. "Kau bertanya sesuatu Harry?"
"Astaga. Kenapa akhir-akhir ini kau selalu saja melamun?" Tanya Ron, penasaran.
"Maaf." Jawabku, tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belongs To Malfoy
Fanfiction15+ Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Hogwarts, semua yang Calla inginkan hanyalah memiliki teman dan menjadi murid berprestasi. Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ia inginkan, bahkan itu tidak pernah sekalipun terlintas dalam piki...