35

19.9K 1.4K 72
                                    

Pak Kyai, Umi, Afaf, dan juga Alkaf tengah duduk bersama di ruang keluarga. Mereka tengah membicarakan tentang kejadian seorang cowok yang tengah berencana mengajak taaruf Syifa dan masalah kejadian pengintipan itu.

"Gimana kejadiannya?" Tanya Pak Kyai pada Alkaf.

"Jadi gini Bi..." Ujar Alkaf menceritakan semuanya.

"Tapi saya nggak setuju kalo Mas Alkaf bilang gitu sama dia!" Ujar Afaf yang nampak kesal.

"Bukankah benar kalo Mas menunggu dia berani datang ke rumah dan bicara langsung sama Abi?" Bingung Alkaf.

"Orang yang beraninya di belakang nggak pantes buat Syifa, Mas!" Ujarnya lagi.

"Tapi bukankah kita harus memaafkan dan dia juga berhak mendapat kesempatan kedua?" Tanya Alkaf yang tak paham dengan jalan pikir Afaf.

"Iya, tapikan" Belum selesai berbicara Pak Kyai sudah menyelanya.

"Sudahlah Afaf, kalau dia masih mau dan berani datang kesini berarti dia memang serius dengan niatnya itu. Kalau nggak biar Syifa mencari sendiri siapa yang berhak menjadi pendamping hidupnya" Jelas Pak Kyai membuat Afaf terdiam.

Dan seteleh itu tidak ada yang mengucapkan sepatah katapun, keadaan berubah canggung setelah ucapan tegas Pak Kyai tadi.

"Assalamualaikum Pak Kyai!!" Salam Mbak Rini dari pintu depan dengan raut wajah yang terlihat panik.

"Waalaikum salam, ada apa Mbak Rini?" Tanya Pak Kyai.

"Hmm afwan Pak Kyai, saya memberitahukan bahwa ada dua santri yang hilang saat membantu saya belanja di pasar tadi" Ujarnya.

"Kok bisa?!" Kaget Pak Kyai yang mengetahui bahwa dua santrinya hilang. Sedangkan Umi, Alkaf, dan Afaf hanya menyimak pembicaraannya.

"Tadi Diandra-" Ucapan Mbak Rini terhenti saat Alkaf yang tiba-tiba menyahut.

"Diandra! Jadi Diandra yang hilang?!" Tanyanya dengan raut wajah antara kaget dan khawatir.

"Alkaf tenang, biar Mbak Rini jelaskan dulu" Ujar Pak Kyai menenangkan.

"Silahkan dilanjutkan Mbak Rini" Suruh Pak Kyai.

"Tadi Diandra datang ke saya buat ikut bantuin belanja Pak Kyai, terus di jalan dia ijin mau ke ATM dulu. Saya tungguin berjam-jam di pasar tapi Diandra dan Luna nggak datang-datang, jadi saya putuskan kembali ke pesantren" Jelasnya.

"Tapi kenapa Mbak Rini ngebolehin dia pergi sendiri? Dia itu masih baru disini Mbak, jadi mana mungkin dia tau jalan ke pasar!" Ujar Alkaf dengan nada sedikit kesal yang membuat Mbak Rini terheran dengan tingkah Gusnya itu.

"Sudah Alkaf, mending sekarang kamu, Afaf dan beberapa pengurus pergi mencari Diandra. Pasti dia masih ada di sekitaran sana" Suruh Pak Kyai yang langsung dilaksanakan oleh kedua putranya itu.

"Yaudah Bi, kalau gitu kita pergi dulu Assalamualaikum" Salamnya kemudian melenggang pergi.

"Mbak Rini boleh kembali" Ujar Pak Kyai.

"Saya permisi dulu Pak Kyai, Umi Assalamualaikum" Salamnya dan pergi.

"Waalaikum salam" Jawab Pak Kyai dan Umi bersamaan.

"Semoga Diandra baik-baik saja ya Bi" Ujar Umi khawatir.

"Alkaf pasti bisa temuin istrinya Mi, jadi jangan khawatir. Kita bantu doa dari sini" Ujar Pak Kyai menenangkan.

Sedangkan di lain tempat, Luna tampak bersusah payah untuk menaikkan Diandra yang pingsan ke sepeda. Setelah sekian menit berusaha, akhirnya ia berhasil mendudukkan Diandra di boncengan dan mengikat tubuh Diandra dengan tubuhnya agar Diandra tidak jatuh saat ia mengayuh sepeda. Ia memanfaatkan tas kain yang akan digunakan untuk tempat belanjaan menjadi tali setelah ia sobek menjadi beberapa bagian dan ia sambung tadi.

Cinta Pertama GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang