37

19.5K 1.4K 58
                                    

"Panggilan kepada Diandra Andryna Shoba untuk segera ke ndalem karena ditunggu keluarganya!" Suara dari spiker sekolah yang dihiraukan oleh Diandra.

Entah sudah berapa kali dalam seminggu ini namanya di panggil. Tapi sang punya nama nampak tak perduli dan masa bodo. Padahal sudah beberapa kali juga ia mendapat hukuman.

"Huh nggak bosen apa panggil nama gue mulu?! Mau dipanggil sampe mulut berbusa pun, gue gak akan kesana!" Gumam Diandra.

"Mbak ke sana gih, nggak bosen apa namanya dipanggil mulu!" Saran Luna. Sebenarnya Luna kasihan kalau Diandra sampai kena hukuman lagi, tapi yang dikasihani keras kepala tak mau mendengarkannya.

"Udah gue bilang berkali-kali kalo gue nggak akan ke ndalem!!" Ujarnya penuh penekanan.

"Tapi siapa tau penting Mbak, mungkin tante Dita yang ingin ketemu sama Mbak" Ujar Syifa ikut membujuk Diandra.

"Bukan! Gue yakin bukan Mama!" Ujar Diandra kekeh.

"Mbak nggak denger tadi? Panggilan kepada Diandra Andryna Shoba untuk segera ke ndalem karena ditunggu keluarganya! Berarti Mbak emang di tunggu keluarga! Nggak mungkin kan kalo petugas itu bohong!" Saking geregetan, Luna sampai mengulang kata-kata yang keluar dari spiker tadi.

"Gue nggak budek Luna!!" Kesal Diandra.

"Yaudah kalo gitu cepetan ke ndalem!!" Paksa Luna mendorong Diandra keluar kelas.

"Kalo gue bilang gak mau ya gak mau!!" Kesal Diandra hendak kembali masuk tapi langsung di halangi oleh Luna.

"Nggak! Sebelum Mbak pergi ke ndalem, Mbak nggak boleh masuk kelas!" Ujar Luna sambil berdiri di depan pintu.

"Bodo amat gue nggak peduli!" Ujar Diandra mencoba mendorong tubuh Luna agar menyingkir dari pintu.

"Kamu nggak boleh masuk!" Ucap Chika selaku ketua kelas.

"Iya! Kamu nggak boleh masuk!!" Ujar semua teman sekelas Diandra ikut-ikutan berdiri di depan pintu. Untung Ustadzah sedang keluar saat ini.

"Kenapa lo semua jadi ikut-ikutan sih?!" Tanya Diandra kesal.

"Kita capek denger nama kamu di panggil terus!" Jawab Chika mewakili.

"Kalo capek ya jangan di dengerin!! Lagian nama gue beban apa sampe bikin kalian capek?!!" Tukas Diandra kesal.

"Telinga kita normal Mbak, jadi kita bisa denger suara yang walaupun nggak mau kita denger!" Kesal Luna.

'Bangsat!!!' Ujar Diandra dalam hati.

"Kalian denger?" Tanya Diandra.

Semua saling pandang tak mengerti maksud dari ucapan Diandra. "Maksudnya?" Tanya Chika.

"Kalian denger ucapan gue tadi apa?" Ujar Diandra memperjelas.

"Nggak" Jawab semua berbarengan.

"Pengen tau?" Tanya Diandra dan dijawab anggukan dari semuanya.

Melihat itu Diandra tersenyum sinis lalu berujar dengan lantang "BANGSAT!!!" Setelah mengucapkan itu ia langsung saja pergi dari sana meninggalkan teman-temanya yang terbengong di depan pintu.

"Seribu satu ini mah" Gumam Luna geleng-geleng kepala.

"Ucapan Mbak Diandra ampuh bener bisa buat kalian diam semua" Celetuk Tasya yang duduk di samping Syifa, lebih tepatnya salah satu orang yang nggak kena hadiah bangsat dari Diandra.

Sepanjang perjalan Diandra hanya menggerutu kesal. Bagaimana tidak kesal kalau semua teman sekelasnya menudingnya untuk pergi dari kelas.

"Hey! Masuk ke kelas!" Tegur salah satu Ustadz yang dilewati Diandra begitu saja.

Cinta Pertama GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang