1

103K 3.1K 26
                                    

Brak...

Suara gebrakan di meja ujung kantin membuat semua murid menatap pada seorang gadis yang tetap memakan makanannya dengan tenang, menghiraukan gadis di depannya yang terlihat menahan amarah.

"Heh gue bicara sama elo ya!! DIANDRA!!!" Gertaknya marah.

"Ohh KAKAK SINTIA bicara sama saya, saya kira bicara sama meja" Ujar gadis bernama Diandra santai dengan menekan kata Kakak Sintia menirukan ucapan Kakak kelasnya tadi.

"Ngajak ribut lo!!" Marah Sintia.

"Saya jawabnya biasa aja lho... kok Kakak marah sih?" Ujar Diandra meremehkan.

"Gue bicara baik-baik ya!! Jangan pancing gue ribut!!!" Ujar Sintia yang nampak sudah kesal.

Mendengar itu Diandra tertawa sinis dan berkata "Hellooow emang ada ya orang bicara baik-baik modelan kayak gini?" Ujar Diandra mulai berani.

Terlihat Sintia yang tengah mencoba menahan amarahnya "Gini gue tanya baik-baik" Ujar Sintia mencoba kalem.

Sedangkan Diandra menautkan alis bingung karena biasanya Kakak kelas tercintanya ini bila sudah mendatanginya akan terjadi keributan setelahnya tapi kenapa jadi kalem gini.

"Elo ada hubungan apa sama Leon?" Lanjutnya.

"Ohh masalah itu lagi, gue kira  masalah penting" Ujar Diandra santai dan kembali duduk di kursinya.

Sintia yang melihat Diandra mengabaikannya pun menggebrak meja lagi dan menatap tajam Diandra.

"Jawab gue Tolol!!!" Ujar Sintia marah.

Diandra hanya menatapnya sinis tanpa mau menjawabnya.

Emosi Sintia sudah meluap hingga ia melayangkan tamparan keras pada Diandra.

Muka Diandra memerah menahan marah, karena Mamanya sendiri aja tidak pernah mengangkat tangan kepadanya tapi lihatlah wanita di depannya ini.

Plaak...

Diandra membalas tamparan Sintia lebih keras hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah. Sintia meringis kesakitan.

"Dengerin gue! Gue enggak ada hubungan apa-apa sama Leon!! Jadi lo bebas deketin Leon dan jangan pernah sangkut pautin gue sama masalah kalian!! Puas Lo!!!" Jelas Diandra marah.

Diandra hendak pergi tapi tangannya ditahan seseorang. Leon... Leonlah yang menahan tangan Diandra. Leon menatap Diandra penuh luka.

"Kamu kok bicara kayak gitu Di?" Tanya Leon pelan.

Diandra menghembuskan nafas pelan dan berucap "Gue capek Yon sama semua ini! Gue capek!!"

"Tapi jangan bicara gitu Di!!" Ucap Leon menatap Diandra tajam.

Diandra tertawa sinis "Bicara apa? Bicara kalo kita enggak ada hubungan? Emang kenyataannya itu Leon!! Kita enggak pernah ada hubungan apapun!!" Jelas Diandra dengan mata memerah.

"Di..." Leon menggantungkan ucapannya.

"Apa? lo enggak bisa bicara kan?" Diandra tertawa sinis dan kembali berkata "Udahlah gue pergi dulu dan gue harap jangan pernah temuin gue lagi"

Mendengar ucapan Diandra, Leon melepaskan genggamannya dan merutuki dirinya sendiri karena telah menggantungkan hubungannya dengan Diandra.

Diandra segera melangkah keluar kantin dan menghiraukan tatapan dari semua orang. Ia memilih tidur di UKS untuk mengistirahatkan otaknya yang lelah.

UKS~~~

Setibanya di UKS ia segera nyelonong masuk begitu saja mengabaikan pengurus UKS yang menatapnya bingung. Ia segera merebahkan badannya dan mencoba untuk tidur.

Beberapa jam berlalu Diandra merasakan ada tepukan di pipinya.

"Mbak Mbak bangun Mbak, ini udah waktunya UKS tutup" Jelas pengurus UKS.

"Hooam... jam berapa sekarang?" Tanya Diandra sambil mengucek matanya.

"Jam dua lebih Mbak" Jelasnya.

"Oh yaudah, makasih ya" Ujar Diandra. Sedangkan pengurus itu tersenyum menanggapinya.

Diandra segera berlalu pergi dari UKS menuju ke kelasnya. Ia sempat ragu pergi ke kelas, takutnya nanti ada guru dan ia akan dihukum hal itu akan menambah moodnya hancur berkeping-keping. Dari pada ia lontang-lantung gak jelas ia memberanikan diri masuk ke kelas.

Dewi Fortuna berada di pihaknya saat ini, ternyata kelas sedang kosong enggak ada gurunya. Ia segera duduk di bangkunya tanpa menghiraukan seorang gadis yang duduk di sebelahnya.

"Lo dari mana aja, gue capek cari elo kemana-mana!" Gerutu Dini, teman sebangku Diandra sekaligus sahabatnya sejak kecil.

"Kenapa enggak cari di UKS?" Tanya Diandra.

"Emang lo ada di sana?" Tanya Dini polos.

"Iya" Jawab Diandra enteng.

"Kenapa enggak bilang?" Gerutu Dini.

"Ya elo nggak tanya" Jawab Diandra cuek.

"Oh iya ya" Ucap Dini sambil cengengesan.

"Diandra" Panggil teman sekelasnya dari arah luar.

"Apa?" Tanya Diandra langsung.

"Lo di panggil BK" Ujarnya lalu pergi begitu saja.

Diandra hanya diam saja, ia tahu bahwa ujung-ujungnya pasti di BK.

"Di... gue temenin ke sana ya?" Tawar Dini karena merasa khawatir sama sahabatnya ini.

"Gak usah gue sendiri aja" Jawab Diandra dan segera bangkit menuju ruang BK.

Di sepanjang jalan banyak orang yang melihatnya dengan berbagai tatapan, tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi Diandra. Ia tetap melangkah seperti tidak ada masalah sama sekali.

Saat berada di koridor ia melihat pria paruh baya yang menatapnya dengan penuh kecewa, dia adalah Gunawan Papanya Diandra. Hal itu sedikit membuatnya gugup tapi coba ia tutupi dengan memberikan senyuman kepada Papanya itu.

Setibanya di ruang BK ia segera masuk dan duduk di sebelah Papanya yang sama sekali tidak mau menengok ke arahnya.

Hening sesaat hingga Bu Dwi memulai percakapan "Hmm begini, Bapak-bapak sudah tahu kan kedatangan Anda kesini untuk apa?"

Keduanya mengangguk "Kedua siswa ini membuat keributan di kantin dan entah apa yang membuat keduanya bertengkar, disini kita coba menyelesaikannya secara kekeluargaan jadi saya harap Sintia dan juga Diandra dapat menjelaskan apa permasalahannya" Jelas Bu Dwi memandang kedua siswanya ini.

"Saya enggak salah Bu! Saya ini korban!! Lihat ini bibir saya sampe berdarah karena tamparan dia!!" Ucap Sintia berapi-api sambil menunjuk-nunjuk Diandra lancang.

"Sintia coba jelaskan secara detail awal permasalahannya, tidak mungkinkan kalo Diandra nampar kamu tanpa sebab, apalagi muka Diandra juga lebam begitu" Ujar Bu Dwi menengahi.

"Itu pasti hanya make up Bu! Orang dia enggak saya apa-apain kok!" Ujar Sintia mencoba membela diri.

"Diam dulu Sintia, biarkan Diandra menjelaskan menurut dirinya" Tegas Bu Dwi.

"Iya Diandra jelaskan semuanya" Pinta Gunawan kepada anak bungsunya itu. Diandra hanya diam tidak bicara sepatah katapun.

"Tuh kan Bu, dia engak berani bicara. Itu karena dia yang salah Bu!!" Imbuh Sintia mengebu-gebu.

"Iya Bu, anak saya gak mungkin bersalah! Pasti anak itu yang cari ribut duluan!!" Imbuh Niko Papa Sintia.

"Apa benar Diandra! Apa benar kata mereka?!" Marah Gunawan.

"Sudah Pak tenang dulu, jangan teriak-teriak" Ujar Bu Dwi menengahi.

"Maaf Pak Bu, saya permisi dulu. Assalamualaikum" Pamit Gunawan sambil menarik paksa Diandra keluar dari ruangan itu menuju ke rumah.






Semoga suka💞

Maaf kalo ada typo🙏

Jangan lupa vote dan commentnya ya😊

Cinta Pertama GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang