23

22.7K 1.5K 43
                                    

Happy Reading Guys...

Hari ini Diandra sudah duduk manis di kursi meja makan bersama keluarga barunya, maksudnya keluarga suaminya. Ia segera duduk di samping kiri Alkaf setelah tadi menyajikan makanan bersama Umi.

Sejenak ia menatap Alkaf yang menatapnya dengan senyuman sejak tadi. Sebenarnya ia merasa risih juga ditatap terus kayak gitu, tapi bodo amatlah karena perutnya kini sudah keroncongan minta di isi.

"Ayo kita makan" Ajaknya tak sabaran.

"Bentar Nak, kita tunggu Afaf dulu" Ujar Umi sambil terkekeh pelan saat melihat wajah Diandra yang nampak sudah tak sabar ingin makan.

"Alkaf, kamu panggil Adikmu sana" Suruh Umi kepada Alkaf.

"Na'am Umi" Patuhnya hendak berdiri, tapi di cegah oleh Diandra.

"Nggak perlu... Tuh orangnya udah datang" Ujarnya sambil menunjuk Afaf yang mulai menuruni tangga dan membuat semua menatap Afaf.

"Kenapa semua natap saya?" Tanya Afaf ketika sudah duduk di kursinya.

"Karena elo lama!" Timpal Diandra membuat semua terkekeh pelan kecuali Afaf yang memberengut kesal.

"Kenapa sih, kamu selalu bikin saya naik darah?!" Tanyanya kesal.

"Udah deh jangan mulai lagi! Gue udah laper banget ini!" Kesal Diandra tak mau meladeni ucapan Afaf.

"Yaudah ayo kita mulai makannya" Ujar Pak Kyai dan dijawab anggukan oleh semuanya.

Ketika Diandra hendak mengambil nasi di piringnya, buru-buru Alkaf memberikan piringnya kepada Diandra. Diandra menatap Alkaf bingung "Kenapa?" Tanyanya.

"Ambilkan nasi" Ujarnya dengan tersenyum.

"Yailah... Ambil sendiri lah! Lagian gu- ehh aku nggak ngerti seberapa porsi makan kamu" Ujar Diandra.

"Seberapapun akan aku habiskan" Jawab Alkaf tetap dengan senyumnya.

"Yaudah" Pasrah Diandra segera mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Alkaf. Semua melongo menatap piring Alkaf, pasalnya Diandra mengambilnya dengan porsi jumbo.

Sedangkan Alkaf sendiri nampak biasa saja, karena ia tak melihat ke piringnya tetapi matanya terfokus ke arah Diandra yang sibuk mengambilkannya makanan.

"Segini cukup?" Tanya Diandra sambil meletakkan piringnya dihadapan Alkaf.

"Cu-kup" Jawab Alkaf pelan di akhir katanya, karena melihat seberapa banya Diandra mengambilkan makanan untuknya.

Alkaf meneguk ludah dengan susah payah. 'Masyaallah, banyak baget ini!' Ujarnya dalam hati.

"Emang bisa habis Mas?" Tanya Umi ragu.

"Insyaallah habis kok Umi" Jawab Alkaf tersenyum.

"Kenapa? Kebanyakan ya?" Tanya Diandra menatap Alkaf. Tangannya terhenti untuk mengambil nasi di piringnya sendiri.

"Nggak kok" Jawab Alkaf dengan tersenyum.

"Beneran? Kalo nggak, kita makan sepiring aja" Tawar Diandra dan segera di angguki oleh Alkaf. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk lebih dekat dengan Diandra.

"Huh! Tadi katanya enggak! Yaudah sini, agak deketan" Dengus Diandra.

Alkaf terkekeh pelan dan segera menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan Diandra.

Pak Kyai dan Umi menatap keduanya dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Mereka berharap, pernikahan Alkaf dan Diandra tak mengalami masalah apapun.

Cinta Pertama GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang