3

37.4K 2.4K 28
                                    

Setelah berbincang-bincang cukup lama, Gunawan pun berpamitan untuk pulang karena malam semakin larut.

Diandra yang mendengar bahwa Papa dan Mamanya akan pulang meninggalkannya disini seorang diri, mulai merengek kepada sang Mama yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Maa! Diandra ikut pulang!!" Rengeknya dengan mata berkaca-kaca.

"Pulang gimana? Kamukan mondok di sini sayang masa ikut Mama pulang sih?" Ujar Mamanya sambil membelai kepala Diandra yang tertutup jilbab.

"Tapikan Diandra enggak mau mondok!!" Teriak Diandra sambil menangis tersedu-sedu.

"Diandra kamu tetap tinggal disini" Ujar Papanya lembut.

"Diandra enggak mau Papa!! Diandra enggak mau!!!" Teriaknya semakin keras.

"Papa bilang kamu tetap disini Diandra!!! Dan Papa enggak akan merubah keputusan Papa!!!" Marah Papanya.

"Papa jahat!! Papa gak sayang lagi sama Diandra!!!" Teriaknya.

"Cukup!! Ayo Ma kita pulang!" Ujar Papa menarik Mama dan pergi meninggalkan Diandra yang menangis bersimpuh di depan pintu dengan kaki yang kotor akibat tadi dia nyeker dari masjid.

"Diandra gak mau lagi ketemu sama Papa!!!" Teriaknya sambil menatap kedua orang tuanya yang berjalan ke arah mobil.

Sedangkan Gunawan yang mendengarkan teriakkan Diandra pun berucap pelan "Maafin Papa Diandra, ini semua demi kebaikan kamu" Ucapnya sambil menyeka air matanya.

Dita yang mendengar ucapan suaminya pun hanya mempererat genggaman tangganya bermaksud untuk menenangkan suaminya itu.

~~~

Mobil Papanya sudah meninggalkan kawasan pesantren. Diandra menatap nanar ke arah gerbang yang sudah tertutup, ia tetap dalam keadaan posisi bersimpuh di depan pintu ndalem membuat siapapun yang melihat kasihan padannya.

Umi Zahra berjalan mendekat kearahnya dan membantunya untuk berdiri. Sedangkan Pak Kyai dan seorang pemuda hanya menatap kasihan kepada Diandra.

"Ayo nak kita masuk, diluar dingin loh" Ujar Umi lembut.

Diandra hanya mengangguk dan mengikuti langkah Umi yang menggiringnya ke ruang tamu.

"Kamu tidur di sini dulu ya, besok baru pindah ke asrama" Ujar Umi sambil menghapus air mata Diandra.

Diandra yang mendengar perkataan Umi menatapnya melas.

"Masa Umi tega suruh Diandra tidur disini sih? Dingin loh. Nyamuknya juga banyak, nanti kalo Diandra di gigit gimana? Kalo kena demam berdarah gimana?" Cerocos Diandra tanpa henti.

"Nan-" Ucapan Diandra di potong dengan Umi.

"Maksud Umi, kamu tidur di kamar tamu sayang. Baru besok kamu bisa pindah ke asrama, bukannya tidur di ruang tamu" Jelas Umi sambil geleng-geleng kepala dengan apa yang dipikirkan oleh Diandra.

Diandra hanya cengengesan sendiri karena pikiran konyolnya itu.

"Gus, kamu antar Diandra ke kamar tamu ya?" Suruh Umi kepada pemuda yang tengah senyum-senyum sendiri di samping Pak Kyai.

"Ehh iya Umi. Mari saya antarkan" Ujar Gus kikuk karena tertangkap senyum-senyum sendiri, lalu berjalan duluan.

"Ehh elo enggak ada niatan bawain koper gue gitu?" Tanya Diandra sambil menatap koper yang tergeletak di samping pintu.

Gus pun menoleh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "I-iya saya bawakan" Ujar Gus akhirnya dan segera pergi ke kamar yang dituju.

Pak Kyai keheranan menatap Diandra yang jalan tanpa alas kaki, beliau pun bertanya "Diandra kenapa kamu nyeker nak? Sendal kamu dimana?"

Cinta Pertama GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang