GARA GARA TERLAMBAT

31.2K 2.5K 128
                                    

   Gelap telah berganti menjadi terang, burung burung berkicau dengan ramainya di luar sana tapi, itu sama sekali tidak berhasil membangunkan seorang gadis yang tengah menutup matanya dengan damai tanpa perduli dengan cahaya matahari yang mulai masuk ke sela sela tirai kamarnya karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Drrrt drrrt drrrt!

Ponsel yang berada di samping gadis tersebut bergetar dengan kuat tapi getaran tersebut lagi lagi tidak dapat membangunkan gadis tersebut.

Drrrt drrrt drrrt!

Lagi lagi ponsel hitam tersebut bergetar tapi lagi lagi gadis tersebut tidak bergeming dari tempatnya.

Ting!

Ponsel Rosa kembali berdering tepat di samping kepala gadis itu, sang empunya  ponsel masih menutup matanya seperti orang mati.

Sedangkan di lain tempat dan waktu yang bersamaan Stevy sedari tadi terus saja melontarkan segala umpatan untuk sahabatnya yang sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

"Nih bocah kemana lagi coba?"tanya Stevy dengan perasaan kesal pada dirinya sendiri.

"Mana si pak Arthur bentar lagi mau masuk!"ucapnya masih kesal.

"Udah tau dia ngebiayayain kuliahnya sendiri!"ucap Stevy lagi dengan kesal sambil menatap orang berlalu lalang di depannya karena sekarang posisinya memang sedang berada di pintu masuk kelasnya.

Mata Stevy membulat ketika melihat sosok Arthur yang berjalan dengan wajah datarnya menuju ke kelas mereka.

"Minta di gorok tuh anak"ucap Stevy kesal.

Setelah mengatakan hal tersebut Stevy buru buru masuk ke dalam kelasnya dengan bibir yang sedari tadi mencabik dengan kesal.

"SELAMAT PAGI!"ucap Arthur dengan nada yang sedikit di keraskan dan jangan lupakan wajah datar yang melekat di wajahnya menambah kesan berwibawanya.

"PAGI PAK!"teriak semua orang yang ada di sana walaupun teriakan tersebut lebih mendominasi ke suara gadis yang ada di kelas tersebut.

"Baiklah! Saya akan mengabsen nama kalian terlebih dahulu"ucap Arthur dengan nada tegasnya sedangkan dari tempat duduk Stevy, gadis tersebut sedari tadi terus saja mengumpati sahabatnya yang sampai sekarang belum datang juga.

Arthur memulai absennya dengan serius dan satu lagi, dosen muda yang masih berumur dua puluh lima tahun itu sangat tidak menyukai jika ada salah satu mahasiswanya yang tidak hadir tanpa sebab.

"Elfira Rosa Anandhita!"panggil Arthur sambil melirik bangku yang di tempati gadisnya.

"Kemana Rosa?"tanya Arthur pada orang yang ada di kelas tersebut ketika melihat bangku tersebut tidak memiliki tuan.

Stevy menghela napasnya pelan dan detik berikutnya gadis tersebut langsung membuka mulutnya ketika melihat tidak ada dari teman sekelasnya yang menjawab pertanyaannya sang dosen.

"Nggak tau pak!"jawab Stevy dengan sopan pada dosennya tersebut.

Arthur menghela napas panjang dan detik berikutnya ia mulai berdiri dari duduknya dengan wajah datarnya.

"Bukannya saya sudah pernah katakan pada kalian semua? Saya benar benar tidak suka jika ada orang di kelas yang sedang saya ajar, tidak masuk dengan alasan yang tidak jelas!"ucap Arthur dengan tegas dan itu memebuat Stevy menelan silivahnya susah payah karena melihat raut wajah Arthur seperti tidak bersahabat.

"Dan saya harap tidak ada yang berniat untuk mengikuti perilaku Rosa karena kalian tau konsekuensinya apa"ucap Arthur sambil kembali duduk di bangku kebesarannya.

Rosa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang