40. Same face but different characters

211 17 12
                                    

JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN, JANGAN LUPA SPAM COMEN&VOTE BIAR CEPET UPDATE<3

BANTU MENUJU 15K READERS & 2K VOTE YA:

***

"Lo bisa temenin gue karena beneran ngga sibuk kan Rin?" Tanya Bara kepada Rinjani untuk memastikan. Keduanya saat ini berada di pusat pembelanjaan. Ya, tentu saja Bara yang megajak Rinjani pergi. Laki-laki itu memakai kaus hitam polos dengan balutan jaket kulit, celana jeans hitam dan juga sneakers vans hitam putih yang membuatnya terlihat sangat keren.

"Ngga sibuk kok, aku free." balas Rinjani membuat Bara lega. Rinjani kali ini memakai kemeja putih dengan perpaduan rok jeans selutut, rambut yang ditata seperti biasa, namun masih tetap membuatnya terlihat sangat imut. Di pundaknya juga terdapat sling bag yang menggantung.

"Btw, sorry Rin  buat kemarin. Padahal awalnya gue yang ngajakin lo main ke markas, eh gue malah main cabut aja." Bara merasa tidak enak. Ia agak menyesal membawa Rinjani kemarin jika akhirnya hanya ia tinggalkan.

"Gapapa kok, santai aja." Rinjani memaklumi.

"Kemarin pulang jam berapa?" tanya Bara ingin tahu. Laki-laki itu terlihat sangat perhatian dengan calon pacarnya.

"Oh, masih sore banget kok. Sebenarnya aku kemarin ngga pengin pulang dulu. Eh, malah dipaksa pulang sama si Darren. Dasar nyebelin emang." Rinjani meluapkan semua kekesalannya.

"Darren?" Bara malah bertanya.

"Iya, kemarin dia juga yang nganter aku pulang. Ya...walaupun ngga langsung nganterin aku pulang sih."

"Emangnya kemana dulu?" tanya Bara cukup serius.

"Ke apartemen dia dulu." Rinjani mengatakannya sembari setengah cemberut. Gadis itu cukup sebal jika mengingat hal-hal yang ia lakukan dengan Daren, karena baginya jika sedang bersama laki-laki dingin itu hidupnya terasa menjadi sengsara.

"Lo ngga di apa-apain kan?" tanya Bara sangat serius. Mendadak ia heboh sendiri. Pasalnya Bara lebih tahu  bagaimana Darren yang sebenarnya.

"Astaga, sampai di sana aku dijadiin pembantu. Pertama, aku disuruh milah barang-barangnya yang ngga kepakai, katanya mau disumbangin ke panti asuhan, katanya lagi, itu bentuk dari bagian acara aniv gang kalian." Bara mengernyit bingung, sejak kapan ada agenda begituan, batinnya bingung sendiri. "Terus habis itu, aku disuruh masak, katanya dia belum makan dari pagi, aigoo." Bara lagi-lagi mengernyit, biasanya juga dia masak sendiri, batinnya lagi. Karena setahu Bara, Darren itu bisa memasak, ya walaupun hanya bisa memasak mie, telor dan air.  Namun, kebanyakan laki-laki itu lebih memilih opsi delivery dari pada memasak. Sebab memasak bukan gayanya.

"Terus?" lagi-lagi Bara bertanya, tampaknya dia sangat khawatir.

"Beresin apartemennya dia. Sumpah ya, kemarin tuh kotor banget." Lagi dan lagi Bara heran sendiri, pasalnya dia tahu betul bahwa Darren adalah tipikal laki-laki yang cukup steril. Jika temannya terlihat jorok saja ia akan memarahinya habis-habisan.

"Terus lo lakuin?"

"Ya iya lah. Mau gimana lagi." Mungkin Darren ingin memberi ujian tahap awal untuk melihat bakat calon istrinya.

"Lain kali jangan mau. Kabur aja," selanjutnya Bara terkekeh pelan. Idenya cukup cemerlang, mungkin bisa Rinjani terapkan lain kali. Rinjani mengangguk angguk setuju.

"Eh, ngomong-ngomong kamu mau beli apa sih Bar?" Rinjani bertanya setengah bingung. Sebab dari tadi keduanya hanya ngobrol sembari berjalan tanpa mampir ke toko perbelanjaan.

"Eh, iya. Em, barang yang bagus buat hadiah ultah apa ya Rin kira-kira?" Bara meminta saran.

"Em, apa ya. Ya, tergantung juga sih. Emangnya kalau boleh tau buat siapa?"

CRIME LEADER [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang