Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Makasih yang udah mau vote komen, itu tandanya kalian menghargai karya seseorang😊
Hay, kita ketemu lagi:)
Btw, kenapa kalian ngga bosen?🐵
"Em, Rin, apa boleh gue minta no hp lo?" pinta Bara agak gugup. Ia terpaksa berbicara langsung mengenai maksud kedatangannya. Karena ia pikir Rinjani memang sudah tidak sabaran. Ah, tidak, lebih tepatnya gadis itu tidak suka basa basi.
Sial, dia cari masalah, batin seseorang di seberang jalan menatap ke arah kafe dengan pandangan sengit ke arah Rinjani dan Bara.
"Hah?" Rinjani melongo kaget. Sebenarnya bukan kali pertamanya Rinjani dimintai nomor handphone oleh lawan jenisnya. Hanya saja ia kaget karena orang yang meminta nomornya adalah seorang Bara. Padahal Darren yang notabenya teman sebangku saja tak pernah meminta kepadanya.
"Kenapa? Lo takut Darren marah?" cletuk Bara tiba-tiba. Ia melihat jelas gelagat Rinjani yang seolah bimbang, antara akan memberi nomor atau tidak.
Kenapa Bara jadi secrewet ini, Rinjani malah asik membatin.
"Hah?! Kenapa Darren marah?" Rinjani malah balik bertanya.
"Ngga ko'. Lupain, gimana? Apa boleh gue minta no HP lo? Kalau ngga boleh ya udah, ngga masalah ko," tutur Bara lalu tersenyum tipis.
"Eh, boleh ko' Bar. Cuma aku ngga hapal nomornya, terus handphone aku ada di loker, kalau lagi kerja ngga boleh pegang Hp. Gimana dong?" Rinjani tidak berbohong. Kafe ini memang melarang para pegawai untuk tidak membawa handphone pada saat jam kerja berlangsung. Sehingga benda di simpan di loker masing-masing pegawai.
"Ya udah ngga usah, lain kali aja," kata Bara pada akhirnya. Tidak memaksa itu terkadang lebih baik. Tapi, kalau di pikir-pikir kasihan juga. Cowok seganteng Bara tidak mendapatkan nomor perempuan yang dia suka. Ini adalah kali pertama bagi Bara dengan penuh keberanian meminta nomor handphone ke seorang perempuan dan kali pertama bagi Bara tidak mendapatkan nomor yang ia inginkan.
Padahal biasanya berbanding terbalik. Malah Bara yang banyak dimintai nomor telepon oleh siswi siswi di sekolahnya dan Bara tentu tak menanggapi. Ya, mungkin itu karma.
"Em, oke. Kalau gitu mau pesan apa?" tanya Rinjani memecah kecanggungan. " Oh, iya. Btw, hari ini ada diskon es krim lho, Bara mau ngga?" tawar Rinjani antusias. Tingkah imut Rinjani ini membuat Bara makin suka saja. Sudah cantik, baik, mandiri lagi. Andai saja Rinjani kenal dengan Bara lebih dulu. Mungkin sudah diajak pacaran gadis itu.
"Boleh," balas Bara tersenyum masih menatap Rinjani. Ditatap seperti itu tentu membuat Rinjani kikuk. "Ok, aku ambilin dulu ya," cletuk Rinjani menghentikan aktivitas saling tatap itu. Lalu ia memilih pergi, berjalan tergesa gesa dengan menyembunyikan semburat pipinya yang sudah memerah.
Bara yang melihat tingkah aneh Rinjani hanya menggelengkan kepala, dengan bibirnya yang tak henti-henti tersenyum.
Drrrttt
Benda segi empat milik Bara berdering. Bara pun langsung melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.
Ryo Fayregan
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME LEADER [HIATUS]
Romantizm📌FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA. 📌INSYAALLAH UPDATE SETIAP SABTU. ❤❤❤ Ini tentang Darren. Darren Andreas. Laki-laki dingin yang terkenal sangat introvert. Kepribadiannya yang selalu menyendiri memb...