JANGAN SILENT READERS YA<3
***
Mengajak pacaran tidak semudah mengatakan aku sayang. Cinta juga tak hanya soal ucapan, sekedar pembuktian atau bahkan wujud kasih sayang. Cinta yang sebenarnya adalah dua insan yang saling memantapkan hati untuk belajar melangkah bersama disaat tangis maupun duka.
Kebanyakan hubungan selalu dibumbui rasa sayang, kesetiaan, dan saling percaya antar pasangan. Tapi, nyatanya tak melulu begitu. Mata, hati, dan pikiran saja juga tidak cukup. Karena definisi cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang memakai logika dalam setiap langkahnya.
"Maaf ya Bara," ucap Rinjani lirih. Bara sudah menebak jawaban apa yang akan diberikan oleh Rinjani. "Maaf karena aku ngga bisa jadi apa yang kamu mau," lanjur Rinjani membuat Bara terdiam sejenak. Ia merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Seolah ia hilang semangat.
Saat ini mereka berdua sedang duduk di taman kota.
"Kita temenan aja ya? Bisa 'kan?" lanjut Rinjani pelan. Ia menundukkan kepala merasa tak enak. Di sisi lain dia memang enggan pacaran, sebab ingin fokus sekolah.
Di tempat itu juga terdapat seseorang tengah menguping pembicaraan mereka yang cukup privasi. Sebenarnya, tidak juga menguping. Orang itu berada tak jauh dari tempat Rinjani dan Bara duduk. Tepatnya ia juga duduk di kursi taman bagian belakang , sosoknya tak terlihat karena tertutup tanaman serupa pohon.
"Good girl. Kalau lo ngga bisa jadi milik gue, seengaknya dia juga ngga boleh milikin lo." orang bertudung hitam itu tersenyum misterius.
"Dan kalau lo ngga bisa jadi milik gue resikonya cuma satu, Mati." Sorotnya tajam, sembari melirik Rinjani dengan penuh obsesi karena cinta. "Itu sih terserah lo. Lo tinggal pilih lihat gue bunuh dia di depan mata lo, atau lo siap mati di tangan gue, itu pun kalau lo berkenan." lanjutnya dengan gumaman lirih, lalu ia meneguk kaleng sodanya. Hm, terdengar sangat menyenangkan, batinnya lalu menunjukkan smirk.
"Bisa kok." balas Bara dengan nada pelan. Rinjani mendongak menatap Bara, terlihat laki-laki itu mengatakan kalimat tadi dengan raut tanpa ekspresi.
"Tapi, ada satu syarat," lanjut Bara lagi.
"Apa?" Rinjani bertanya dengan ekspresi setengah bingung.
"Lo jangan canggung sama gue," ucap Bara sembari tersenyum tipis. Senyum yang ia tunjukkan untuk menyamarkan luka. "Karena gue tipe cowok yang ngga bisa didiemin sama orang yang gue sayang Rin," lanjut Bara lagi masih dengan senyuman yang terpaksa.
"Menjijikkan." Orang dibelakang mereka menatap Bara dan Rinjani dengan ekspresi muak. Lalu ia beranjak pergi.
"Maaf." Bara mengangguk sebagai jawaban. Di tolak untuk pertama kalinya dalam hidup memang agak menyakitkan. Tapi, di sisi lain Bara sudah berpikir dewasa. Di tolak sekali tidak akan membuatnya berpikir untuk menyerah atau bahkan berhenti mengejar. Karena prinsipnya 'aku bisa mencoba lagi nanti', hingga suatu saat yang ia inginkan terpenuhi. Bukan terobsesi, ini beda lagi. Bagi kebanyakan orang definisi mencintai di level tertinggi adalah mengikhlaskan. Sedangkan bagi Bara, ia tidak akan mengikhlaskan orang yang ia cintai semasa wanitanya belum terikat dengan laki-laki lain.
"Btw, langitnya indah ya Bar?" ucap Rinjani sembari menatap langit malam yang tampak cerah dengan pemandangan beribu bintang di angkasa sana. Di samping bintang juga terlihat bulan sabit yang membuat langit malam itu tampak aesthetic.
Bara langsung melihat langit malam di atas mereka. Malam yang indah untuk seseorang yang patah hati, batin Bara lalu tersenyum tipis. Ia cukup terpaku dengan salah satu bintang dan bulan yang agak berdekatan di langit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME LEADER [HIATUS]
Romance📌FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA. 📌INSYAALLAH UPDATE SETIAP SABTU. ❤❤❤ Ini tentang Darren. Darren Andreas. Laki-laki dingin yang terkenal sangat introvert. Kepribadiannya yang selalu menyendiri memb...