45. Back to school

150 19 14
                                    

"Pagi, Darren." Rinjani menyapa dengan penuh senyuman. Rupanya gadis cantik ini sangat terlihat ceria hari ini.

"Hm." Jawaban yang terdengar membosankan di telinga Rinjani. Ya, siapa lagi kalau bukan Darren pelakunya. Setelah mendengar kalimat cuek itu Rinjani langsung duduk di bangkunya-samping Darren.

"Heran, kenapa sih cowok suka banget nge-game? Apa untungnya coba?" Gumam Rinjani sebal karena Darren terlihat lebih terfokus kepada game online-nya dari pada dengannya.

Cowok memang begitu. Ketika sudah bertemu game maka dia akan lupa dunianya.

"Ren, kamu ikut class meeting ngga?" tanya Rinjani kepada Darren dengan sangat excited.

"Ngga." Mendadak Rinjani manyun. Ia pikir Darren akan sangat menyukai class meeting, nyatanya dugaannya salah. Justru laki-laki itu malah terlihat sangat bodo amat dengan agenda yang sangat disukai para siswa di sekolah.

"Bohong, Rin. Dia ikut kok." Gara menyambar ucapan mereka. Laki-laki itu langsung duduk di depan Rinjani sembari membawa semangkuk cilok kuah dari kantin. Mendengar itu Darren langsung mematikan gamenya dan terfokus ke pembicaraan mereka.

"Pantes goblok, makanannya borak." Darren berucap dengan santainya setelah melihat Gara melahap cilok itu penuh minat. Gara yang mendengar itu hanya melotot tak terima. Sedangkan Rinjani ia agak tak terima dengan perkataan Darren.

"Apa masalahnya coba makan borak, mereka kan enak." ucap Rinjani lalu ber high five dengan Gara.

"Micin juga ngga kalah enak, ya ngga Rin?" Rinjani merespon ucapan Gara dengan mengacungkan jempol tangan tanda setuju.

Sinting, batin Darren setelah melihat mereka berdua.

"Lo ikut class meet juga kan Rin?" tanya Gara kepada Rinjani. Dan Rinjani mengangguk sebagai jawaban.

"Ikut apa?" tanya Gara lagi.

"Baca tulis puisi." Gara mengangguk paham.

"Kek bocah," gumam Darren masih mampu di dengar oleh keduanya.

"Dari pada ngga ikut sama sekali, 'kan kesannya jadi ngga terlihat berbakat gitu. Ya ngga Gar?" sindir Rinjani tajam. Tentu jelas ditujukan untuk Darren. Mendengar itu Darren tentu merasa terhina. Sedangkan Gara ia mengangguk dengan agak menahan tawa.

"Gue ikut." Darren mengatakannya tiba-tiba.

"Lah, tadi katanya ngga ikut?" protes Rinjani.

"Ikut basket dia Rin." Ini Gara yang menjawab.

"Lah emangnya kamu bisa Ren?" Jleb, ini adalah sebuah penghinaan. Tentu Darren merasa tak terima.

"Bisalah. Emangnya lo!"

"Halah palingan cuma jadi orang yang ngambilin bola pas keluar garis doang." ucap Rinjani lagi. Astaga dari mana ia mendapat kata-kata sebagus itu, Gara membatin takjub.

"Kacung maksud lo, Rin?" Gara mecoba membenarkan.

"Nah iya." Rinjani mengatakannya dengan cengiran polos tanpa dosa. Mendengar itu Gara hanya bisa menahan tawa.

"Tonton aja besok. Kalau gue menang, siap-siap, lo harus iyain 5 permintaan dari gue," putus Darren begitu saja.

"Deal." Rinjani lalu menjabat tangan Darren.

"Dah lah. Berasa jadi nyamuk gue," cletuk si jomblo-Gara.

"Aku tepok mati dong kamu Gar." polos Rinjani.

CRIME LEADER [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang