29. Meet With Bara

273 23 14
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makasih yang udah mau vote komen, itu tandanya kalian menghargai karya seseorang😊

Di sini bukan maksudku pengin ngemis vote komen dari kalian. Ini berlaku untuk kalian semua yang juga selalu baca di lapak orang. Kalau kalian pengin dapet sesuatu yang lebih ya seharusnya kamu juga kasih sesuatu yang lebih juga buat mereka(para penulis).
Minta kesadarannya aja.
Terimakasih dan jangan egois.

🐵

"Loh Rinjani!" Tanya heran keluar dari mulut Mia. Wanita itu menatap Rinjani beberapa detik dengan ekspresi bingung. Rinjani yang melihat raut kebingungan Mia juga tak kalah bingung. "Kamu masih masuk kerja? Tak kirain ngambil cuti libur. Soalnya kata adikku beberapa hari lagi SMA bakalan ada PAS. Ya...maksudku biar kamu bisa fokus belajar gitu," cletuk Mia kepada Rinjani. Mia memang memiliki adik yang juga duduk di bangku sekolah menengah atas. Sehingga gadis itu tahu betul apa saja schedule sekolah sang adik.

Mia dan Rinjani tengan berada di dapur kafe. Keduanya tengah berada di tempat pembuatan minuman. Kafe Pelangi memang selalu ramai. Sehingga tak jarang bila masing-masing dari mereka selalu sibuk. Bahkan bekerja sampai larut malam.

"Ngga papa kok Mi, lagian kebanyakan belajar juga ngga bagus. Mending kerja, hitung-hitung buat refreshing. Bosen lihat rumus terus," Rinjani lalu terkekeh geli. Mia hanya menggelengkan kepala dengan tingkah aneh Rinjani. Tapi, Mia mengerti. Sebab ia juga pernah merasakan masa-masa bersekolah. Masa di mana ia juga pernah merasakan suntuk akan tugas-tugas di sekolah yang selalu berdatangan.

Rinjani pintar, iya. Tapi, terkadang seseorang juga tidak harus melulu belajar. Otak pun juga butuh istirahat. Seperti hal nya dengan mesin. Mesin jika terus dipaksa untuk bekerja lama kelamaan ia akan rusak. Begitu pula otak. Bukan maksudnya dengan terus-terusan belajar akan membuat otak rusak, tidak. Hanya saja kita juga perlu mengistirahatkannya beberapa waktu agar tidak terus-menerus membebaninya.

"Mi? Pernah ngga sih kamu punya teman cowok yang aneh?" Mia mengernyit bingung dengan pertanyaan Rinjani. Namun, selanjutnya Mia malah terkekeh geli.

"Cieee.. Lagi jatuh cinta ya?" goda Mia membuat Rinjani melotot. Rinjani dengan tegas menggelengkan kepala. Karena, memang dirinya sedang tidak jatuh cinta. Bicara tentang jatuh cinta, Rinjani belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Bukannya tidak normal. Hanya saja Rinjani memang belum pernah jatuh cinta. Belum, bukan berarti tidak, mungkin nanti.

"Astagaaa, bukan karena aku ngomongin cowok terus aku lagi jatuh cinta Miaaaaaa," Rinjani geram.

"Kirain," Mia menyengir membuat Rinjani cemberut. "Em.... punya teman cowok sih pernah. Cuma aneh yang kamu maksud itu gimana dulu?" lanjut Mia bingung. "Hm.. setelah aku pikir-pikir omonganmu itu lho yang aneh... bikin aku ngga paham aja," Mia menatap Rinjani sebal. "Gini, aneh yang kaya gimana dulu? Introvert? Suka marah-marah gajelas? Suka berubah ubah siakapnya? Yang gimana?" tanya Mia masih bingung. Mendengar itu Rinjani menatap Mia dengan raut agak berpikir.

Rinjani sendiri malah bingung.

"Iya, dia ansos, cuek, dingin, irit ngomong. Tapi, dia lebih ke tipe orang yang sulit ditebak. Kadang peduli, kadang cuek, kadang bodo amatan. Tapi, kadang-kadang dia juga bisa ngomong panjang banget kalau lagi bijak. Terus yang bikin dia aneh tuh, dia itu kaya orang amnesia. Contoh nih ya, seumpama beberapa hari yang lalu dia ngomongin sesuatu sama aku. Tapi, giliran sekarang aku tanya ke dia, seolah dia kaya ngga pernah ngomong. Aneh kan?" tutur Rinjani sangat panjang.

CRIME LEADER [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang