Mas Arash?

70.1K 7.6K 249
                                    

Entah apa yang merasukiku pagi ini hingga aku mau berpisah dari kasur yang sudah memberikan kenyamanan tak terhingga. Aku memilih untuk joging hari ini, sekalian nyari jajanan di area car free day. Sudah lama sekali aku tak ada keluar selain untuk pekerjaan dan ke kampus. Entah bagaimana keadaan dunia saat ini. Apakah masih baik-baik saja?

Aku sudah siap dengan celana training hitam panjang yang dipadukan dengan sneaker berwarna putih. Sementara untuk atasan, aku menggunakan tanktop hitam yang dilapisi dengan jaket parasut berwarna putih. Tak lupa menguncir rambut seperti ekor kuda.

Kebetulan area car free day tak begitu jauh dari kontrakanku sehingga hanya butuh beberapa menit jalan kaki dan aku langsung sampai di sana. Mumpung aku masih ada waktu seperti ini, karena UAS sebentar lagi dan tugas akhirku juga sedang dikerjakan. Nanti setelah UAS berakhir, aku tak yakin masih punya waktu karena agenda magang juga sudah menanti.

Waktu masih menunjukkan pukul  enam kurang. Belum terlalu banyak orang yang berolahraga. Namun sebentar lagi pasti akan ramai.

Akhirnya aku memutuskan untuk peregangan sebentar, lalu berlari menyusuri jalanan yang hari ini bebas dari polusi walaupun hanya beberapa jam kedepan. Udara segarnya masih terasa.

Aku melewati satu per satu penjual makanan yang tampak sudah siap menunggu datangnya pembeli. Ada yang hanya berupa gerobak biasa, ada pula warung tenda.

Aku celingak-celinguk memperhatikan dan menandai makanan mana saja yang enak supaya aku bisa kembali lagi nanti saat sudah selesai berlari. Ah, kenapa semuanya tampak sangat nikmat? Aku jadi bingung memilihnya.

Dulu aku juga pernah joging bersama Fiona. Jogingnya cuma 15 menit, selebihnya makan dan beli cemilan untuk dibawa pulang. Kami hanya menjalankan apa yang sudah diniatkan sebelumnya, yaitu cari yang enak.

Suasana tampak mulai ramai. Meskipun belum terlalu rapat, tapi suara ributnya mulai terdengar. Yang membuatku memanyunkan bibir hingga lima sentimeter adalah aku tak menemukan orang yang solo karier sepertiku, alias jomblo. Mereka ada teman untuk mengobrol dan menemani berlari. Kalau tau begini, mungkin aku mengajak Fiona tadi. Keliatan banget kan ngenesnya.

"Jomblo ya kamu? Sendirian mulu." Aku melirik pria yang berlari kecil di sampingku. Pak Arash? Kenapa dimana-mana ada dia ya? Apa dunia ini segitu sempitnya? Dia sudah tampak berkeringat. Sepertinya sudah lama ia di sini.

"Jomblo lagi ngehina diri sendiri." Gumamku. Dia juga sendiri, tapi malah mengejekku. Seharusnya sesama jomblo tak boleh saling menghina. Kalau senasib gini, sebaiknya saling membantu.

Aku mempercepat lariku, ia juga menambah kecepatan lajunya. Aku sedikit berpindah tempat dengan menyalip orang di depanku, tapi dia masih saja mengikutiku. Maunya Pak Arash gimana sih? Kayak anak kucing aja deh, ngekor mulu.

Karena sudah mulai merasa ngos-ngosan, aku memutuskan untuk menepi dan mendaratkan bokongku di trotoar dimana tak banyak orang yang duduk. Aku menepuk-nepuk kakiku yang terasa penat padahal baru juga beberapa putaran. Begini nih akibat jarang olahraga.

Kuliah tiap hari naik turun tangga, belum lagi kesana-kemari mencari buku, ditambah dengan absen tiap hari di ruangan Pak Arash. Tapi jujur ya, joging lebih capek daripada itu semua. Apalagi kalau banyak godaannya, perut yang lapar salah satunya.

"Arisha, kamu cemen banget. Masa gitu aja udah capek?" Pak Arash berdiri di ujung kakiku yang selonjoran dengan ekspresi mengejek. Wajahnya tak terlihat lelah sedikit pun.

Setelah aku perhatikan, pakaian Pak Arash sangat santai hari ini. Celana selutut dengan kaos hitam yang membentuk tubuhnya. Hanya satu yang tidak berubah, rambut yang selalu tertata rapi.

Arash [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang