Dewa Ares
Udah dibilangin jangan cantik-cantik.Nah kan, aku salah terus di mata Mas pacar ini. Padahal ini hari penting loh, masa aku tak diperbolehkan dandan supaya jadi sedikit lebih cantik?
Wisuda, akhirnya aku wisuda. Setelah menanti bertahun-tahun, akhirnya hari ini datang juga. Dengan mengenakan kebaya berwarna nude bahan tile yang memiliki detail payet cukup banyak beserta rok batik, hari ini aku resmi menyandang status sebagai seorang sarjana. Hari ini juga secara resmi status sebagai asisten dosen berubah menjadi asisten pribadi.
Prosesi wisuda baru saja berakhir. Aku pun juga sudah dipanggil ke depan untuk menerima penghargaan sebagai salah satu dari wisudawan/wisudawati terbaik yang menerima penghargaan. Menjadi lulusan terbaik dari jurusan manajemen bisnis, tak kusangka predikat ini berhasil aku dapatkan.
Dewa Ares
Gak masuk angin apa pakai baju begitu?Padahal baju ini tak transparan sedikit pun. Hanya bagian leherku yang sedikit terekspos karena rambutku ditata keatas oleh Fiona. Make up-ku hari ini juga atas bantuan tangannya yang handal.
Tiga aksesoris yang aku gunakan hari ini adalah kalung hadiah dari Pak Arash, gelang pemberian Ibu, serta cincin yang 'katanya' cincin tunangan. Aku tak bisa memilih salah satu diantara mereka, makanya aku menggunakan semuanya. Tampak berlebihan memang, tapi mau gimana lagi. Aku suka semuanya.
Sejujurnya aku tak terlalu ngeh dimana Pak Arash duduk. Tapi sudah pasti ia melihatku karena telah berkomentar terkait dengan penampilanku.
Tak lama kemudian, MC memanggil ketua yayasan untuk maju ke depan menyampaikan sambutan. Senyumku langsung mengembang tatkala pria tampan yang mengenakan batik itu berjalan dengan tegap menaiki panggung. Bukan hanya mahasiswa yang terkejut karena Pak Arash maju menyampaikan kata sambutan, tapi para dosen yang berada diatas panggung juga tampak kaget.
Pria yang tampak berwibawa sekaligus menawan itu, berdiri di belakang podium dan menyapa semua hadirin yang datang. Matanya berpendar menatap sekeliling auditorium yang hari ini sangat penuh.
"Wisuda merupakan prosesi seremonial yang menandai puncak dari proses kegiatan akademik yang dijalankan oleh perguruan tinggi. Bagi mahasiswa, wisuda adalah langkah awal perjalanan hidup dimana mereka akan diuji dan dinilai oleh masyarakat melalui karya yang dihasilkan yaitu bagaimana ilmu yang selama ini diperoleh dapat memberikan manfaat bagi masyarakat."
Seutas senyum hadir di wajahku saat untaian kalimat meluncur dari mulutnya. Pak Arash tak tampak gugup sedikitpun, padahal ribuan pasang mata sedang mengarah padanya sekarang.
Pidatonya sangat lancar dan tidak tersendat sedikitpun. Mimik wajahnya tampak ramah kali ini, menyesuaikan dengan jabatannya.
Aku bahkan tak mendengarkan kelanjutan kata-katanya, hanya memperhatikan ia dengan kedua bola mataku yang tak putus menyorotnya. Pak Arash, begitu banyak hal yang aku kagumi darinya. Begitu banyak kebanggaan dalam diriku tatkala bisa belajar banyak darinya.
Tak henti-hentinya aku mengucap syukur karena Tuhan telah mendekatkanku dengan pria ini. Aku adalah wanita yang beruntung dari sekian banyaknya wanita yang berharap untuk dekat dengannya.
Acara wisuda pun usai. Aku disambut oleh Farhan dan Fiona yang menonton prosesi wisuda tadi, berstatus sebagai orang tuaku. Hari ini justru merekalah yang memakai baju couple. Oke, aku iri melihatnya.
Satu persatu buket bunga aku dapatkan dari beberapa teman. Untungnya Fiona dengan setia membantuku membawakan. Sementara Farhan bertugas untuk mengabadikan momen. Dimana lagi aku bisa mendapatkan dua orang sahabat layaknya saudara seperti mereka ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arash [END]
ChickLitArashya Derya Rayyanka. Nama itu tercantum pada kartu rencana studi milikku. Ia adalah dosen yang dikagumi karena parasnya yang rupawan, tapi tidak dengan sifatnya. Namanya berasal dari kata 'Arash', seorang pahlawan dalam dongeng Persia. Tapi men...