Poor Me

76K 9K 418
                                    

Hanya sehari libur, aku harus kembali menjalani aktivitasku. Belum fit seratus persen, tapi mau tak mau aku harus ke kampus karena semakin lama libur makin banyak juga aku ketinggalan perkuliahan. Sekalian menyerahkan pekerjaan yang diberikan Pak Arash kemarin. Sebenarnya bisa kirim lewat email saja, tapi file-nya terlalu besar.

Fiona bercerita kalau kemarin Pak Arash tak mengadakan kuis. Tentu saja semua teman sekelasku merasa senang. Kapan lagi Pak Arash tak memberikan kuis? Kata Fiona, Pak Arash bahkan tak mengajar seperti biasa. Hanya memberikan materi, kemudian pamit karena ada yang harus ia urus. Hanya segitu. Padahal kemarin dia sempat datang ke kontrakanku untuk mengantarkan makanan dan obat. Bukankah itu artinya dia tak sibuk? Aneh kan ya.

Mengenai kedatangan Pak Arash, aku tak mau memberitahu pada Fiona karena sudah pasti dia akan heboh sendiri. Bagaimanapun, dia adalah satu dari ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang mengidolakan Pak Arash.

Aku kira Pak Arash becanda saat bilang kalau dia sudah mengirim pekerjaan buatku, tapi ternyata benar. Saat membuka email, aku langsung termangu menatap hpku.

Jadilah semalam aku habiskan untuk mengerjakan itu. Sekarang hanya tinggal dikembalikan kepada pemilik aslinya.

Dewa Ares
Dimana?

Aku mengerdip was-was, lalu mengawasi sekeliling. Perasaanku kembali tidak enak saat mendapat pesan dari Pak Arash. Tumben banget dia menghubungiku saat jam kuliah seperti ini. Padahal dia tau jadwal kuliahku.

Kuliah, Pak.

Dewa Ares
Jangan bohong. Saya tau kamu sekarang lagi ada jam kosong karena dosen kamu gak masuk.

Aku melongo. Pak Arash memang hebat. Saking hebatnya dia tau aku sedang berbohong.

Memang sih, dosen yang mengajar hari ini gak masuk karena ada keperluan lain. Sekarang aku sedang di perpustakaan mencari buku yang aku butuhkan.

Dewa Ares
Cepat kesini!

Yahhhh, si Bapak gak tau orang lagi sibuk apa? Aku kan harus mengerjakan tugas lain. Dan aku juga butuh tambahan referensi berupa buku. Tak mungkin mengandalkan jurnal terus.

Iya pak, otw

Emang ada orang yang bilang otw tapi dianya masih gak gerak? Ada dong, banyak. Aku salah satunya. Mataku masih fokus memperhatikan deretan buku yang terlihat rapi. Pasti petugas perpustakaannya rajin banget kalau kerja.

Aku sedang mencari salah satu buku manajemen yang lumayan susah ditemukan disini. Biasanya yang ingin meminjam buku ini sangat banyak. Tadi aku sempat mengecek di komputer kalau ada satu buku yang saat ini tersedia. Tapi sudah hampir setengah jam aku cari, buku itu tak kunjung kelihatan. Dia ngumpet dimana sih?

Dewa Ares
Arisha? Sudah lima menit. Saya tunggu lima menit lagi kalau kamu tidak datang, saya potong gaji kamu!

Ngancem terus. Jurus andalannya hanya mengancam. Tau aja kalau aku sering tak berkutik jika dihadapkan dengan hal sensitif buatku, apalagi kalau bukan uang. Gara-gara terlambat gaji langsung dipotong? Yang benar saja?

Dengan sedikit menghentakkan kaki kesal, aku keluar dari perpus dan berlari kecil menuju ruangan laknat itu. Dari jauh sudah kelihatan kalau pintunya terbuka. Di balik dinding, aku bisa mendengar dengan jelas ada dua orang yang sedang berbicara.

Dewa Ares
Kebiasaan nguping. Masuk sekarang!

Tuhkan, lagi-lagi aku ketahuan. Padahal aku tak menampakkan diri sedikitpun. Dia benar-benar pelihara jin ya? Bikin merinding aja si Bapak.

Arash [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang