So. Saya kembali setelah libur cukup lama.
Maaf baru bisa update lagi.
Semoga suka.
Mohon apresiasinya lewat tanda bintang ya..
Buat semangat juga bukti kalau tulisanku ini berguna.
🌚🌚🌚
Jungkook gelisah. Sejak tadi ia duduk tidak nyaman dan berulangkali bergerak random. Sesekali ia mendesis bagai orang yang makan kepedasan. Wajahnya merah padam, bibir bawahnya ia gigit kuat, peluh membasahi pelipisnya.
Rasa sesak juga geli yang mendera lubang nya jelas sebagai penyebab pemuda itu gelisah sejak tadi. Sesekali onyx nya bergulir menatap sosok yang juga melirik kearahnya dengan tatapan datar namun menyunggingkan senyum, atau lebih tepatnya seringai.
"Ahhh..."
Jungkook merutuk. Menutup mulutnya rapat kala baru saja dirinya tersadar telah mendesah. Dalam hati berharap semoga tak ada yang mendengar. Namun terlambat karena sepasang manik kelam menatap kearahnya dengan kedua alis menukik tajam.
"Kook, kau kenapa?"
Itu suara Bambam yang bertanya. Pemuda jangkung itu sampai mengubah posisi duduknya hingga miring menghadap Jungkook. Sementara Jungkook menggigit bibir, was was, lalu tersenyum kikuk.
"A-aku baik. Kenapa Bam?" Jungkook menyahut gugup dengan senyum kikuk berusaha membunyikan kenyataan. Bambam tentu saja tidak puas dengan jawaban sahabatnya itu, buktinya, bukannya kembali ke posisi semula, Bambam justru mencondongkan tubuhnya kearah Jungkook.
"Benarkah? Tapi wajahmu merah dan kau berkeringat dingin. Kau yakin baik baik saja?" Bambam penasaran. Jungkook mengangguk kaku dengan senyum dipaksakan berharap sahabatnya ini segera menjauh. Jungkook tidak mau Bambam tahu apa yang sebenarnya menimpa dirinya.
Hening. Detak jarum jam mengisi ruang kelas. Tampak diujung sana, seorang pria berperawakan tinggi dan gagah duduk dengan tegap. Choi ssaem, guru matematika itu tampak asyik membaca buku dihadapannya tak menyadari jika salah satu muridnya tengah tersiksa
"Ughh.. hentikhaannhh.." Jungkook bergumam sangat lirih, takut terdengar oleh teman temannya. Beberapa waktu berlalu ia berusaha sekuat tenaga menahan desahan juga lenguhan lolos dari bibirnya ketika benda yang tertanam dalam lubang nya bergerak random. Kadang pelan membuatnya geli terkadang cepat hingga membuatnya nyaris berteriak keenakan.
Jungkook mendongak. Sama sekali tidak fokus pada materi yang gurunya berikan. Onyx kelamnya bersirobok dengan hazel karamel yang menatapnya datar sekaligus tajam. Rasanya mampu membuat Jungkook merinding hanya dengan tatapan itu.
"Please.. stop it."
Jungkook berucap tanpa suara pada sosok yang menatapnya. Raut wajahnya memelas penuh permohonan. Sosok itu hanya menatapnya sama, namun detik sosok itu memalingkan wajahnya detik itu juga Jungkook mencengkeram kuat sisi meja. Menggigit bibir bawahnya kuat sampai berdarah sebagai pertahanan kala benda itu bergerak lebih cepat dari yang sudah sudah. Jelas sekali jika orang yang memasang benda sialan itu ingin Jungkook berteriak kencang.
Arrgggttt!
Dan berhasil.
Jungkook berteriak cukup kencang sampai seluruh penghuni kelas menatap kearahnya termasuk Choi ssaem yang sejak tadi sibuk membaca. Sementara Bambam mendelik kaget.
"Astaga Jungkook!"
Pemuda itu bangkit dari kursi menghampiri bangku Jungkook dengan raut khawatir yang tergambar jelas diwajahnya. "Kook, sudah kubilang kau tidak baik baik saja. Kenapa berteriak, apa yang sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taekook short story. A Mature Conten. Not For Children 🔞
RomanceHanya sekumpulan cerita pendek tentang TAEKOOK. Maaf, ini cerita pertama saya yang bertema Boyslove jadi masih belajar dan banyak kekurangan. Minta saran dan kritiknya. Dalam cerita ini setiap nama yang tercantum hanya untuk mendukung imajinasi sa...