I'm Back! •TERBIT•

17. Tanpa Judul

Author nggak tau kenapa, tapi kalian harus banget baca chapter ini pelan pelan dan coba pahami setiap kata yang tertulis!
Instagram : nsbnnz_ & wattapdneyla_

▪️▪️▪️

HAPPY READING🍃

Gita membuka matanya perlahan, ia merasakan sesuatu yang aneh dan Gita mencoba menyadarkan diri. Posisi Gita saat ini sedang memeluk seseorang, Gita mendongak, mencoba melihat wajah orang yang sedang ia peluk dan betapa terkejutnya Gita melihat neneknya di sana.

"Nenek?"

"Halo, anak kecil."

Gita kembali memeluk tubuh itu. Gita rasanya ingin memberhentikan waktu agar ia bisa lebih lama memeluk sang nenek.

"Sagita."

"Ya?"

"Menurut kamu, diri kamu itu seperti apa?"

"Seorang wanita yang tidak beruntung dan sangat lemah, penuh luka dan duka."

Wanita lansia itu tersenyum tipis, ia mengelus kepala Gita pelan.

"Mungkin kamu tidak seberuntung orang diluar sana tapi belum tentu orang orang bisa sekuat kamu. Kamu tau apa yang penting dalam hidup? Jujur dan ikhlas. Kenapa sabar tidak ada? Sabar hanya sebuah kata sederhana yang belum tentu bisa kamu lakukan setiap saat. Tanpa ikhlas, sabar itu tidak memiliki makna yang begitu dalam. Percuma kamu berusaha sabar jika kamu tidak melibatkan ikhlas."

"Gita, kamu tau kenapa ada rasa sakit yang selalu kamu dapatkan?"

"Kenapa?" tanya Gita.

"Karena kamu tidak pernah mencoba mencintai diri kamu sendiri, bahkan untuk meminta maaf sama diri sendiri saja kamu tidak pernah. Kehancuran hidup kamu di sebabkan oleh ekspetasi kamu sendiri. Ekspetasi orang tua kamu harus seperti ini, teman kamu harus seperti itu, aku harus begini supaya bisa ini itu, benar bukan? Jangan selalu berekspetasi karena suatu saat nanti ekspetasi itu yang membuat kamu sakit hati."

"Kamu selalu memaksakan diri, Gita. Kamu berusaha untuk menjadi seperti apa yang orang orang mau. Kamu tau kenapa kamu menangis dan sedih saat dikatakan gendut? Karena kamu tidak bisa mencintai diri sendiri, kamu tidak bisa menerima seperti apa diri kamu saat itu bahkan sekarang. Cintai dirimu sendiri Gita, di saat kamu benar benar mencintai dirimu sendiri, tidak akan pernah kamu rasakan sakit karena di ejek atau semacamnya. Jangan mencoba jadi yang terbaik di depan orang karena selalu ada orang yang paling baik dari yang terbaik."

"Berusaha, Gita, berusaha untuk menjadi lebih baik bukan menganggap diri lebih baik. Berusahalah dan jangan pernah merasa puas karena rasa puas itu yang membuat kamu merasa tinggi. Selama ini kamu belajar kan? Belajar itu dua sisi, belajar dari sisi negatif dan sisi yang positif. Masing masing punya nilai dan kamu harus mengakumulasikan lalu mengambil kesimpulan, kesimpulan itu yang akan membuat kamu belajar, belajar dan belajar."

Gita melepas pelukannya, menatap neneknya dengan dalam, mencoba mencerna setiap kata yang ia dengar.

"Ikhlas Sagita! Apapun yang selama ini kamu dapat dan dengan usaha kamu sendiri, kamu harus terima hasilnya. Hargai setiap usaha yang kamu lakukan dan jangan pernah melihat kesuksesan orang lain tapi lihatlah proses nya menuju kesuksesan."

Gita menunduk, ia menangis. Sebenarnya di sini siapa yang salah? Sebenarnya di sini siapa yang benar? Apa yang Gita lakukan sudah sesuai dengan kebenaran? Apa semua yang Gita jalankan akan berhasil?

"Jangan selalu minta dimengerti jika kamu tidak mau mengerti, itukan yang sempat terlintas di pikiran kamu? Tanpa sadar kamu seharusnya mengatakan itu pada diri kamu sendiri. Untuk mengerti semuanya kamu tidak bisa hanya melihat satu sudut pandang, kamu harus melihat dari beberapa sudut pandang hingga akhirnya kamu bisa simpulkan, menggabungkan dan mendapatkan jawaban yang tepat. Cobalah berdamai dengan semuanya Sagita, jalani dengan membuka luas mata kamu, lihat semuanya dan mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Ketika kamu mulai ikhlas, mulai jujur, mulai berdamai, rasanya akan sangat nyaman dan lega."