🐰
Caka berjalan mengendap-endap memasuki halaman rumahnya saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Ia sengaja pulang dari rumah Om Gun saat larut malam agar tidak mendapat hukuman.
Di keluarga Bratadika, hukuman berlaku bagi siapa saja yang sudah membuat kesalahan, termasuk Papi Adul sendiri.
Saat membuka pintu rumahnya, Caka sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Ia bernapas lega saat pintu terbuka dan melihat bahwa lampu ruang tengah sudah dimatikan, itu tandanya semua orang telah terlelap.
Senyum Caka mendadak lenyap saat dia merasakan telinganya ditarik dengan keras bersamaan dengan lampu yang tiba-tiba menyala.
"Oh, jadi ini si biang rusuh yang abis makan pizza sama sushi itu! Enak ya makan makanan mewah, sementara kita di sini makan mie lagi!"
"Anjir! Ampun, Mas, ampuun! Udahan njewernya, telinga gue mau copot ini!"
"Biarin copot sekalian! Punya telinga juga nggak pernah dipake!" Mas Wildan terus menarik telinga sebelah kanan Caka tanpa ampun. Sementara di dekat saklar sana, Bang Banyu tampak bersedekap dengan tatapan tajamnya.
"Sini lo, gue cincang-cincang, buat menu sarapan besok." Dengan tangan yang masih menjewer telinga sanh adik, Mas Wildan menyeret tubuh itu menuju ruang tengah.
ANJIR, ANJROT! HSSSJK! MAS SAKIT MAS, TELINGA GUE!" Caka berteriak kesakitan. Mas Wildan ini kalau sudah menjewer memang tidak pernah main-main.
Di sofa, seluruh anggota keluarga menyambutnya dengan tatapan menusuk. Bahkan Papi Adul yang biasanya memaklumi kesalahan Caka kini ikut menatapnya dengan sorot tak bersahabat.
"Duduk!" Mas Wildan melepaskan jewerannya dan menginstruksikan agar Caka duduk di samping sang kembaran.
Caka menurut. Dia menghela napas panjang saat Mas Wildan mengeluarkan note kecil dari saku dan menatapnya dengan seringaian seolah berkata, 'Hukuman menantimu, Ceking!'
"Saudara Caka Nazril Bratadika, apakah Anda menyadari apa kesalahan yang telah Anda perbuat?" Mas Wildan berjalan mondar-mandir di belakang sofa yang di diduduki Caka, seolah adiknya itu adalah tersangka yang siap dijatuhi dakwaan.
"Ya," jawab Caka dengan ogah-ogahan.
"Coba sebutkan kesalahan-kesalahan itu."
"Gue ngejar Cilla sambil bawa kecoa, terus dia nabrak lo dan numpahin sup, alhasil kalian harus makan malem pake mie. Terus gue nggak tanggung jawab malah kabur dan makan enak di tempat Om Gun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...