58. Saling Menjaga

194 30 2
                                    

Caka berjalan menyusuri jalanan sepulang dari warung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka berjalan menyusuri jalanan sepulang dari warung. Ini untuk pertama kalinya menghirup udara luar usai beberapa hari mendekam di rumah saja. Dia ke earung untuk membeli telur untuk membuat nasi goreng. Lidahnya sungguh tidak cocok dengan makanan sehat yang beberapa hari ini dikonsumsinya.

Saat cowok itu hendak menyebrang, tatapannya tanpa sengaja tertuju pada dua orang yang tengah berboncengan melintas.

Laila dan seorang cowok yang tidak Caka kenali tampak tertawa bersama. Meski hanya beberapa detik melihat, Caka bisa menyimpulkan bahwa keduanya sangat akrab dan dekat.

Rasa cemburu menjalar di dadanya melihat kedekatan mereka. Dia yang tadinya menyapa ramah orang-orang di jalan, mendadak murung dan suasana hatinya memburuk.

Ketika Caka hendak masuk, seseorang tampak keluar rumah. "Loh, King, lo ternyata masih di sini. Pantes banyak makanan di kulkas."

Haris yang hendak mengambil sesuaru di mobil tampak terkejut. "Iya, Mas. Lo kapan balik?" tanya Caka seaadanya.

"Barusan." Haris melirik plastik yang ditenteng Caka. "Lo beli apa?"

"Telur. Gue mau bikin nasi goreng." Caka mengangkat plastik berisikan satu kilogram telur yang tadi dibelinya itu.

"Ini gue bawa makanan. Udah makan ini aja." Haris mengeluarkan beberapa kantung paperbag dari mobilnya.

Caka pun mengangguk dan berjalan di belakang Haris yang mulai memasuki rumah. Ya, selama beberapa hari ini Caka memang berada di rumah Om Gun. Sedangkan tiga hari ini Haris berada di Jogja untuk mengecek kafenya di sana.

Mereka berhenti di dapur untuk meletakkan barang bawaan masing-masing. Setelah itu Haris mengajak Caka untuk mengobrol sambil membuatkan minuman, dia juga membeli jajanan pasar dari Jogja.

"Mau minum apa?" tawar Haris seraya mengambil dua cangkir.

"Susu aja deh, Mas." Caka menjawab tanpa menoleh lantaran tangannya sibuk mengeluarkan berbagai jenis jajanan yang dibawa Haris.

Haris mengerutkan dahi, lantas menatap Caka dengan bingung. "Tumben. Biasanya juga minuman lo kopi item tanpa gula."

Caka menghentikan aktivitasnya sejenak, dia menunduk dan tak berani membalas tatapan Haris. "Ah, kok lo kepo, sih? Ya suka-suka gue lah mau minum apa."

"Idih, gitu aja sensi, King ... Ceking." Haria kemudian kembali fokus untuk membuat minuman.

Lima menit kemudian, cowok itu datang membawa dua cangkir kopi ke meja makan. Sedangkan Caka telah menikmati dadar gulung di sana.

"Susu putih murni dari sumbernya ala Chef Haris siap dinikmati." Dengan wajah jenaka khasnya, Haris meletakkan secangkir susu milik Caka.

Caka merotasikan bola matanya mendengar ucapan sepupunya tersebut. Mereka yang satu frekuensi dan nyambung dalam topik apa pun langsung mengobrol dengan asyik. Mereka membicarakan hal tidak penting yang terdengar konyol. Mulai dari Tapasya---kucing Banyu---yang bunting entah dihamili oleh kucing mana, Salman ayam Papi Adul yang masih sering main ke rumah Pak Viko, dan berbagai hal aneh lainnya. Bahkan sesi gibah tentang Banyu Tamara pun tak terlewatkan. Ditambah lagi sekarang mereka memiliki topik baru, yakni Vini dan Wildan. Mereka berdua nyinyir tentang kebucinan Wildan yang sudah akut itu.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang