68. Semua Tak Lagi Sama

272 33 8
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Tiga bulan mungkin waktu yang sangat singkat untuk sebagian orang, tapi untuk keluarga Bratadika, tiga bulan ini terasa sulit untuk dilewati. Kehilangan Caka, sang peramai suasana membuat rumah terasa sepi dan hampa.

Namun, mereka juga sadar bahwa mau tidak mau mereka harus bangkit untuk melanjutkan hidup. Meski dunia terasa berhenti ketika Caka pergi, tapi nyatanya hidup mereka harus masih tetap berjalan dengan sebagaima mestinya. Seperti melanjutkan kebaikan Caka. Satu per satu mulai mereka jalani. Panti asuhan Mutiara telah selesai direnovasi dan kembali ditinggali.  Sedangkan pembangunan masjid juga sudah mencampai tujuh puluh persen.

Semua orang sudah kembali menjalankan rutinitas masing-masing. Banyu juga sudah mendapat pekerjaan lagi. Dia baru mulai bekerja sekitar dua bulan belakangan. Posisinya memang tak setinggi dulu, tapi dengan mampu bekerja lagi saja cowok itu sangat mensyukurinya.

Haris juga masih bolak-balik ke Jogja. Hari ini  kebetulan dia kembali ke Jakarta. Dan agenda utamanya adalah menemui anak-anak di panti.

Saat Haris dan Joana tiba, keduanya mendapati anak-anak panti yang juga bersama anak jalanan tengah belajar bersama Naka dan Liana di halaman. Mereka tampak bersemangat mengikuti pembelajaran tersebut.
Mereka belajar di bawah pohon besar beralaskan tikar dan papan tulis seadanya. Semua itu adalah barang peninggalan Caka.

"Assalamualaikum Adik-adik rajinnya Mas Haris!" Haris menyapa ceria para anak-anak itu.

"Wa'alaikumsalam!"

"Lagi pada belajar apa, nih?" tanya Joana sembari mendudukkan diri di dekat Haris.

"Berhitung, Mbak!" jawab mereka dengan kompak dan excited.

"Yang pada semangat, ya, belajarnya. Mas udah bawa banyak hadiah buat kalian di mobil. Nanti yang jago jawab pertanyaan langsung dapet hadiah, deh. Oke?"

"Oke, Mas!"

"Yeay, Mas Halis dateng!"

Tiba-tiba seorang gadis cilik dengan rambut kepang duanya itu berlari kegirangan dan langsung menyambut Haris dengan sebuah pelukan.

"Halo, Ninabobo!" sapa Haris yang kemudian menarik-narik kepangan bocah itu. "Wih, rambutnya kayak kelabang. Hi ... takut, ah Mas."

"Ih, ini tuh cantik tau, Mas Halis. Ini dikepangin Kak Lili. Iya, kan, Kak?" Nina menoleh ke arah Liana yang tengah menghapus papan tulis.

Liana tersenyum, lantas mengangguk kecil. "Iya. Nina cantik banget."

"Tuh, kan! Mas Halis mah mana ngelti." Bocah itu mengerucutkan bibirnya, dalam mode merajuk.

Semua orang pun sontak tertawa. Haris pun demikian. Menarik hati bocah satu ini bukan perkara yang mudah. Membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk Nina akhirnya dekat dan terus-terusan menempel dengan Haris.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang