🐰
"Nina! Abang dateng!" Caka berseru heboh kala dia baru memasuki pelataran panti dan mendapati Nina serta beberapa anak yang lain tengah bermain ular naga. Melihat kedatangan abang kesayangannya, raut wajah Nina berubah cerah. Namun, menit berikutnya bocah itu memalingkan muka sembari memasang muka cemberut.
"Halo, Nina kesayangan Abang!" Caka berlutut di hadapan Nina. Namun bocah itu seperti ogah-ogahan menatapnya.
"Siapa, ya? Nina nggak kenal!" ucap Nina dengan suara sewot yang justru terdengar menggemaskan.
"Katanya kemarin kangen sama Abang," rayu Caka seraya mencolek gemas dagu bocah itu.
"Nina nggak punya Abang tukang ingkal janji! Nina nggak suka!" Nina masih enggan menatap Caka.
Tanpa seizin Nina, Caka mengangkat tubuh mungil itu, lalu menggendongnya dan menghujani pipi gembul bocah itu dengan ciuman.
"Ih, Abang, tulunin! Jangan cium-cium, kita nggak kenal!" Dalam dekapan Caka, Nina berusaha memberontak. Hal itu tentu tak berpengaruh besar untuk Caka yang memiliki tubuh berkali lipat lebih besar dari Nina yang super mungil.
Caka berjalan memasuki panti dengan Nina yang berada di gendongannya. Mungkin karena sudah lelah memberontak, bocah itu menyandar nyaman pada dada sang abang.
Usai pulang dari panti jompo, Caka yang sangat merindukan Nina, menyempatkan datang meski hari telah beranjak petang. Sungguh, orang-orang inilah yang menjadi sumber kebahagiaan Caka. Baginya, mengunjungi mereka adalah salah satu hal kecil yang berdampak besar untuk pemulihan energi dan semangatnya.
"Caka?" Bunda Utari yang berjalan dari arah dapur, menyapa riang Caka yang duduk di antara anak-anak panti yang melakukan kegiatan di karpet ruang tengah.
"Assalamualaikum, Bunda!" Caka mencium tangan wanita yang telah dia anggap sebagai ibunya itu. "Caka cuma dateng doang, nih, Bunda. Nggak bawa apa-apa."
"Ah, nggak pa-pa. Kamu dateng aja kita udah seneng banget. Terutama si Nina tuh yang dari kemaren nangis-nangis minta dianterin ketemu kamu." Bunda Utari melirik Nina yang telah bersandar nyaman di dada sang abang favoritnya.
Mendengar namanya disebut, Nina langsung mendongak. "Ih, Bundaaa! Nina tuh nggak nyaliin Abang, ya!" bantahnya.
Caka terkekeh, lalu menggesekkan hidung bangirnya pada hidung Nina yang mungil. "Cie, nyariin!"
"Nggak, ya!" Nina masih belum mengaku. "Bunda, ih! Pake dikasih tau!"
Bunda Utari dan Caka saling bertatapan dan tertawa. Sedangkan Nina hanya menyembunyikan wajahnya di dada Caka. Merasa malu sekaligus senang.
🐰
Usai salat isya, Caka beserta seluruh anak panti dari berbagai usia itu berkumpul di ruang tengah untuk mengaji dan hafalan bersama. Nina juga ikut. Tapi bocah itu hanya berglayut manja di pangkuan Caka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...