54. Hal Baik

175 22 11
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Haris menyibak gorden ruang kerja papanya dengan hati yang sendu. Sudah seminggu berlalu. Namun keberadaan papanya sama sekali belum diketahui. Bahkan pihak perusahaan juga sudah meminta bantuan dari berbagai elemen. Sampai sekarang belum ada kabar baik yang datang.

Ruang kerja Om Gun sangat rapi. Tidak mewah namun tampak berkelas. Bukan lukisan mahal atau semacam cinderamata bermerek yang menghias dinding. Melainkan foto keluarga dengan ukuran besar yang dikelilingi foto-foto kecil. Foto itu didominasi dua anak kecil yang saling berangkulan. Dua anak kecil yang saling menyayangi layaknya saudara kandung.

Mereka adalah Caka dan Ciko. Ciko merupakan anak Om Gun yang seumuran dengan Caka dan Naka. Hanya saja Ciko diambil Tuhan terlebih dulu ketika masih kecil. Bocah itu sakit dan menyerah saat usianya masih delapan tahun. Ciko juga sangat dekat dengan Caka.

Dibanding dengan Naka, Caka dan Ciko lebih terlihat seperti saudara kembar yang sesungguhnya.  Ciko memang hanya dekat dengan Caka, karena Caka yang paling sering mengunjunginya dibanding sepupunya yang lain.

Setelah Ciko pergi, rumah Om Gun terasa sepi. Caka sudah jarang berkunjung. Dan akhirnya Om Gun dan Tante Jia mengadopsi Haris yang saat itu sudah kelas enam SD. Ya, dia memang bukan anak kandung. Namun, orang tua angkatnya itu sangat tulus terhadapnya.

Apakah itu yang membuat Haris tidak iri dengan Caka? Salah satunya. Namun, ada hal lain yang membuat Haris sendiri sangat takjub dan mengakui bahwa Caka patut untuk disayangi.

Ada sebuah kejadian yang sangat tidak bisa dilupakan, terlebih oleh Om Gun. Saat itu Caka masih kelas SMP. Dia yang baru pulang sekolah memilih untuk mampir ke rumah Om Gun yang memang kerap dilewatinya saat pulang.

Namun, yang dia dapati justru Om Gun yang mengerang kesakitan sambil memagangi kepalanya. Om Gun tanpak lemas tak berdaya di ranjang. Om Gun memang punya riwayat penyakit vertigo yang cukup akut. Dan pentakit itu kambuh tanpa diduga. Caka mencari-cari obat yang selalu disimpan Om Gun dilaci. Malang, obat itu ternyata sudah habis.

Tidak ada siapa pun di rumah saat itu. Haris masih sekolah dan Tante Jia juga bekerja.

Caka tentu panik. Alih-alih berteriak minta tolong, dia memapah Om Gun untuk keluar rumah. Badan Caka yang kecil dan kurus tampak terseok-seok saat berjalan memapah Om Gun. Terlebih kamar Om berada di lantai atas.

Butuh waktu lima belas menit untuk Caka memapah omnya sambil terus menggumamkan kata, "Bertahan, ya, Om."

Setelah sampai di teras, Caka baru kepikiran untuk menghubungi Pak Didi---sopir Om Gun---untung saja Pak Didi datang tepat waktu dan segera membawanya ke rumah sakit.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang