29. Elegi sang Putri

164 23 0
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Banyu mendengkus malas saat Haris yang berada di boncengannya terus berceloteh dan sok-sokan memberikan nasihat perihal kisah percintaannya. Kalau boleh memilih, Banyu lebih ikhlas untuk membantu Wildan memasak. Namun kali ini tidak ada pilihan lain. Semua orang telah sibuk dengan tugas masing-masing.

Seperti yang Haris katakan kemarin, dia mengundang keluarga Bratadika untuk menghadiri acara syukuran wisudanya di kediaman keluarga Bratahardi. Banyu sampai rela mengambil cuti untuk acara ini. Walau sebenarnya sangat malas, dia masih menghormati om dan tantenya.

"Berisik lo!" seru Banyu saat Haris terus berceloteh.

"Lo kayak gitu sih, Bang, makanya nggak ada yang mau!" balas Haris dengan volume keras.

Banyu tak membalas, percuma, pasti Haris akan terus menimpalinya dengan ejekan yang membuatnya jengah.

Hingga beberapa menit kemudian, keduanya sampai di sebuah supermarket. Banyu bahkan malas untuk sekadar turun dari motornya. Dia tidak tahu secara pasti apa yang ingin dibeli oleh Haris.

"Dah sono, lo aja yang masuk," ucap Banyu tanpa melepas helmnya.

"Hah, masa lo nggak ikut, sih, Bang. Ayolah, jangan kayak kang parkir gini!" Haris menarik Banyu, meminta agar abang sepupunya itu ikut turun. "Nanti gue beliin es krim, deh!"

"Lo kira gue bocah?!" tanya Banyu, tak santai.

"Ayo! Gue takut digodain mbak-mbak yang ada di dalem." Haris tak gentar untuk menarik-narik tangan Banyu agar cowok itu turun.

Banyu mendengkus kasar. Rasanya dia ingin membuang adik sepupu laknatnya ini di jalan. Namun akhirnya Banyu turun dan berjalan malas di belakang Haris. Saat hendak masuk, entah rencana semesta atau bagaimana, mereka berpapasan dengan Tamara yang kebetulan hendak keluar dari supermarket tersebut. Kontan saja Banyu membeku, kontras dengan Tamara yang lamgsung melengos dan memasang wajah jutek.

"Ra ...." Banyu bersuara lirih. Sedangkan Haris yang tidak tahu menahu hanya menatap keduanya dengan raut bingung.

"Oh, jadi dia temen Ceking yang nolak lo itu, Bang?!" seru Haris yang baru tersadar.

Detik itu juga, Tamara berlalu dengan wajah biasa saja, seolah keduanya hanya sebatas orang asing yang tidak saling mengenal. Tanpa menggubris Haris, Banyu berlari mengejar Tamara yang semakin mempecepat langkahnya.

Ra, Tamara, tunggu!" Banyu berlari mengejar gadis itu. Sedangkan Haris terdiam sebentar. Sebenarnya dia kepo, tapi lantaran barang yang harus dibelinya lebih penting, cowok itu akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam supermarket terlebih dulu.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang