66. Kenangan yang Berserakan

285 27 4
                                    

NOW PLAYING: LYODRA-TENTANG KAMU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NOW PLAYING: LYODRA-TENTANG KAMU

🐰

Sudah genap dua hari Caka pergi. Tapi duka masih terus menyelimuti. Rasanya, semua masih seperti mimpi yang menyakitkan. Bukan hanya untuk keluarganya. Orang-orang yang dekat dan mengenalnya dengan cukup baik pun tak kalah kehilangan sosoknya. Terlebih Laila. Gadis itu terus-terusan menangis dan tak keluar kamar.

Laila begitu hancur dengan berpulangnya Caka menuju keabadiaan. Dia tak pernah menduga bahkan membayangkan
sebelumnya bahwa Caka akan pergi dalam artian yang sebenarnya.

Malam itu, Caka hanya berkata bahwa dia ingin menyerah. Dia tidak sekalipun menunjukkan tanda-tanda akan meninggal. Laila pun juga tidak mendapatkan firasat apa pun. Mungkin lantaran telanjur kecewa dengan keputusan Caka. Caka juga sempat mengirim pesan setelah mengantarnya pulang.

Laila yang masih meringkuk tak berdaya di ranjang kamarnya itu pun meraih ponsel. Dia ingin membaca pesan yang dikirimkan Caka. Pesan terakhir yang tidak dia balas lantaran ego mengalahkan rasanya terhadap cowok itu.

Caka❤

| La, aku minta maaf karena tadi udah lancang nyium kamu tanpa minta izin. Aku juga minta maaf atas semua yang aku perbuat ke kamu. Aku memang berengsek, La. Aku nggak punya nyali buat sekedar merjuangin kamu setelah apa yang kita lewati
| Aku harap kamu selalu bahagia dengan siapa pun nanti akhirnya.

Laila membekap mulutnya usai membaca pesan Caka tersebut. Dan kini jari-jarinya mengetikkan balasan. Balasan yang mungkin akan tersampaikan, tapi tak akan pernah sampai tujuan. Pesan itu mungkin suatu saat nanti akan terbaca, namun tidak oleh pemiliknya.

|Caka, kenapa kamu pergi?
|Kemarin kamu cuma bilang mau pergi dari hidup aku, bukan pergi dari dunia ini dan ninggalin kita semua selama-lamanya.
|Caka ....
|Aku kangen kamu.
|Kamu harusnya cuma pergi dari jangkauan aku, bukan dengan cara kayak gini.
|Kita semua nggak siap kehilangan kamu, Caka.

Laila masih ingat betul bagaiman harum tubuhnya, senyum indahnya, dan genggaman lembutnya. Caka itu sangat menghormati perempuan. Dia tahu betul batasan-batasan yang harus dijaganya.

Pernah suatu saat Caka meminta izin untuk menggenggam tangannya. Kala itu mereka menyeberang padatnya jalanan dengan laju kendaraan.

"Neng Laila, boleh lihat tangannya?" Meski dengan sedikit kebingungan, Laila mengangkat tangan kanannya. "Mau gandeng, boleh? Kita, kan, mau nyeberang, jadi alangkah lebih baiknya harus gandengan."

Laila sontak tergelak seraya menggangguk. "Iya, boleh. Aku juga takut ilang."

Perlahan, tangan mereka saling bertaut membentuk genggaman. "Lembut banget, hehe. Jadi nggak mau lepasin."

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang