🐰
Sudah dua minggu berlalu sejak tragedi yang menimpa Cilla. Terhitung sebanyak tiga kali gadis itu melakukan terapi psikis. Keadaannya perlahan telah membaik. Meski belum banyak bicara dan seringkali melamun, Cilla sudah jarang menangis histeris dan ketakutan.
Hal itu sangat disyukuri oleh keluarga Bratadika. Setidaknya, kondisi Cilla semakin membaik setiap harinya.
Dan hari ini merupakan jadwal terapi Cilla. Dengan diantar Wildan dan Caka, gadis itu berbicara empat mata dengan psikiater selama beberapa jam. Caka menunggu di luar, sedangkan Wildan membeli minuman. Caka tampak resah. Cowok itu tertunduk dengan tatapan resah yang sangat kentara. Setiap kali mengantar Cilla terapi, Caka memang selalu merasa tidak tenang dan waswas.
"Jangan terlalu cemas. Cilla udah baik-baik aja." Wildan menempelkan sebotol air mineral dingin di pipi sang adik, sehingga dia bisa merasakan bahwa tubuh Caka sedikit berjengit, terkejut barangkali. "Nih, minum dulu."
Caka menatap cukup lama botol tersebut sebelum kemudian menerima dan meminumnya sedikit. "Makasih, Mas."
"Iya, sama-sama "
Wildan kemudian duduk di dekat Caka. Dia sebenarnya juga khawatir, tapi cowok itu mencoba tegar dan terlihat baik-baik saja.
🐰
Sesampainya di rumah, ketiganya disambut oleh Fuad, Ozi, dan Tamara. Ozi dan Fuad sudah sering berkunjung sebenarnya. Kali ini, mereka datang agar Tamara mau ikut.
Gadis itu harus disogok dengan banyak makanan yang sukses membuat dompet Ozi dan Fuad menjerit. Tapi tidak apa-apa. Yang terpenting pada akhirnya Tamara setuju untuk ikut.
Cilla memang sudah boleh dijenguk bantak orang. Bahkan setiap malam, beberapa tetangga datang. Teman-teman teman Cilla pun demikian. Mereka juga berbondong-bondong datang menjenguk tanpa penghakiman. Mereka sadar betul bahwa apa yang terjadi pada Cilla itu sebuah musibah. Jadi, tidak ada alasan untuk mereka mengucilkan teman mereka tersebut.
Om Gun sekeluarga pun juga menginap setiap malam, baru kemarin mereka pulang lantaran masing-masing ada urusan.
"Eh, rame ternyata." Wildan yang baru saja turun dari mobil pun tersenyum menyambut ketiga teman Caka tersenut.
"Iya, nih, Mas. Ngajak belahan jiwanya Bang Bay ini."
Tamara yang sedang asyik memakan cemilan sontak tersedak mendengar penuturan Ozi. Gadis itu langsung memelototi kawannya tersebut dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...