31. Gagal Menjaga

215 22 0
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Wildan terus menggenggam tangan dingin nan kurus yang baru saja terlelap hitungan menit lalu itu. Ditatapnya lekat gadis berwajah pucat itu dengan hati yang tercabik-cabik.

Di saat saudara-saudaranya memilih untuk menenangkan diri masing-masing, Wildan tetap bertahan untuk menjaga sang adik. Wildan tidak menangis, hanya tatapannya yang tampak nanar dan penuh gurat penyesalan.

Wildan bohong kalau dia sama sekali tidak sedih. Justru di sinilah dia yang merasa paling dihancurkan atas apa yang terjadi.

Wildan juga merasa gagal. Tugasnya sebagai pengganti Mami tidak bisa dia jalankan dengan baik. Apa yang selama ini berusaha dia jaga, rusak dalam hitungan jam saja.

Dan malangnya, Cilla yang harus terkena musibah sebesar ini. Primadona yang selalu mereka jaga, dihancurkan oleh tragedi yang tidak disangka-sangka.

Saat Wildan mengusap keringat di pelipis sang adik, Caka dengan langkah gontainya berjalan mendekat. Wildan tahu kalau adiknya itu lebih hancur, apalagi Caka-lah yang selama ini paling dekat dengan Cilla. Caka yang biasanya kuat dan berusaha menghibur semua orang, kini tampak hampa.

Caka duduk di pinggiran ranjang. Baru hitungan detik manik matanya mampu menatap wajah Cilla, cowok itu terpejam. Hatinya diremas kuat melihat wajah pucat dan sembap itu.

Dengan penuh pengertian, Wildan menepuk-nepuk pundak Caka. "Dia bakalan baik-baik aja," gumamnya.

Caka mengangguk dan mengamini dalsm hati ucapan Wildan tersebut. "Mas, lo mandi aja dulu. Biar gue yang jagain Cilla."

Wildan tersenyum tipis disertai anggukan. Sebelum kemudian berlalu, dia kembali menepuk pundak Caka.

Sepeninggal Wildan, Caka menghela napas berat. Menyemangati dirinya untuk tidak menangis di depan sang adik. Dia mungkin tidak bisa sekuat Wildan untuk saat ini, tapi setidaknya dia bisa berupaya untuk menahan air matanya.

"Jangan ... tolong jangan. Pergi, jangan sentuh aku!" Cilla tiba-tiba meracau ketakutan.

Dengan matanya yang masih terpejam, tubuh Cilla menggeliat ketakutan dengan tangan yang mencengkram erat sprei.

"Nggak, jangan ... aku nggak mau .... Papi tolong!"

Racauan Cilla itu terdengar sangat memilukan dan menyayat-nyayat hati Caka.

"Dek, sadar, Dek, ini Abang ...." Merasa khawatir, Caka menggoyang-goyangkan tubuh sang adik yang terus bergerak tak nyaman di tengah tidurnya.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang