44. Seperti Tak Berujung

165 22 3
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

"Udah sana tidur. Katanya besok ada interview. Ini udah jam sepuluh loh, Bang."

Sudut bibir Banyu tertarik ke atas mendengar suara gadis yang tengah mengomelinya via telepon tersebut.

"Tapi aku masih pengen ngobrol sama kamu, Ra," balas Banyu.

"Udah gue bilang, ngomongnya nggak usah aku kamuan, gue tuh geli banget, Bang!"

Sejak kembali dekat, Banyu memang mengubah panggilannya dan ditolak habis-habisan oleh Tamara. Namun Banyu tak kapok begitu saja.

"Ya mulai sekarang harus dibiasain dong, Ra. Aku nggak akan bosen ngomong kayak gini ke kamu."

"Serah lo aja deh, Bang. Gue lagi males debat."

"Nah, gitu dong, Anak Manis."

"Dih. Berasa ngomong sama om-om pedofil gue."

Banyu kembali tersenyum. Ucapan ceplas-ceplos Tamara sangat menaikkan mood-nya menjadi lebih baik.

"Ya udah deh. Aku tutup, ya, teleponnya. Setelah ini langsung tidur loh, ya. Aku nggak mau denger kamu tidur di kelas selama jam pelajaran."

"Wah, Ceking cepu, ya? Awas aja ya, bakalan gue gebuk tuh anak."

Tamara terdengar menggebu-gebu, seolah benar-benar emosi. Hal sederhana yang membuat hati Banyu menghangat kala mendengarnya.

Lagi-lagi Banyu tak mampu menahan kedutan di bibirnya. "Iya. Gebuk aja. Tuh anak emang ngeselin."

"Tenang aja, Bang. Gue udah nyiapin amunisi buat nganiaya dia. "

Banyu menggeleng-gelengkan kepala. Mungkin banyak orang meragukan cintanya pada Tamara dan menganggap gadis itu tak pantas untuknya. Tapi faktanya, Banyu-lah yang sebenarnya membutuhkan Tamara.

"Oke, udah dulu, ya," ucap Banyu terdengar belum rela. "Selamat malam, Ra. Mimpi indah, ya."

"Iya, iya, sana tidur."

"Kamu nggak bales ucapan selamat malamku?" protes Banyu.

"Nggak, ah. Alay, gue males."

"Ya udah, aku nutup teleponnya nunggu kamu ngucapin aja."

Banyu mengulum bibirnya, sebagai upaya untuk menahan tawanya agar tak pecah. Dia membayangkan muka kesal Tamara. Pasti sangat menggemaskan.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang