14. Kisah Cinta

208 28 3
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

"King, dia jadi dateng nggak, sih?" Bang Banyu mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam. Sudah hampir dua puluh menit dia menunggu, tapi orang itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Caka berdecak malas. "Aelah, Bang, sabar kali! Dia emang suka ngaret anaknya."

Bang Banyu yang terbiasa tepat waktu dan pantang untuk menunggu itu menghela napas panjang. Kalau bukan karena urusan hati mana mau dia menunggu selama ini.

Ya, saat ini Bang Banyu dan Caka tengah berada di warung masakan padang untuk menemui Tamara. Bang Banyu kali ini ingin serius. Meski rasa sakit akibat diselingkuhi masih membekas. Namun, cowok itu akan mencoba untuk kembali membuka hati.

Bang Banyu tampak tampan kali ini. Dengan jaket hitam, celana jins panjang, dan sepatu putih membuatnya tampak lebih muda dan sangat gagah. Bahkan beberapa pengunjung di warung makan itu secara terang-terangan menggodanya.

Masakan padang adalah makanan favorit Tamara. Caka sampai hafal betul apa yang disukai sahabatnya itu. Dan kini, dia mengantar sang abang untuk bertemu sekaligus memperkenalkannya pada Tamara.

"CEKING!" Suara itu kontan menyita seluruh perhatian Bang Banyu. Cowok itu menengok dan mendapati Tamara yang berlari ke arahnya dengan muka ceria.

"Lama amat sih lo!" Alih-alih menyambut, Caka  justru memelotot garang ke arah Tamara. Bukan apa-apa, Caka hanya takut motor yang akan dibelikan sang abang itu tiba-tiba melayang.

"Ya maap," ucap Tamara. "Eh, ada abang lo juga?" tanyanya saat  menyadari kehadiran satu orang yang tidak asing baginya itu.

"Iya. Kenalan dulu, gih, kalian," pinta Caka yang menarap keduanya secara bergantian.

"Halo, Bang. Gue Tamara. Karena nama gue terlalu girly, lo bisa manggil gue Tamtam. " Tamara menjabat tangan Bang Banyu dengan kuat. Membuat Bang Banyu yang tidak siap kontan meringis.

"Jadi, kan, lo nraktir gue makan?" tanya Tamara seraya menatap ke arah Caka.

"Doi yang bakal traktir!" Caka menepuk pundak Bang Banyu dengan kuat.

"Waw, bos besar, nih!" seru Tamara dengan riang.

Caka mengangguk mantap. "Yoi."

Di saat mereka baru ingin memesan, Caka tiba-tiba bangkit sembari menatap Tamara dan Bang Banyu. "Eh, gue cabut duluan, ya."

"Mau ke mana lo? Belum juga makan," ucap Tamara dengan dahi yang berkerut.

"Biasa, mau ngapelin ayang gue. Takut keduluan si Mas Wildan."

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang