Hai! Aku balik lagi nih. Cepet, kaaan. Anggep aja ini sebagai permohonan maaf karena kemarin sempet ngilang berhari-hari. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Biar aku semangat dan rajin up. Terima kasih.
Happy reading!NOW PLAYING: MAHALINI-BAWA DIA KEMBALI
🐰
"Abang kenapa? Dali tadi kok diem telus? Kan halusnya Nina yang ngambek." Bocah berumur lima tahun itu mendongak, menatap polos pada Caka yang memangkunya.
Sejak datang, Caka hanya diam dan banyak melamun. Tentu saja hal itu disadari oleh Nina yang hafal betul dengan abangnya itu.
Tak digubris oleh Caka, Nina mengulurkan jemari mungilnya untuk mengusap pelan rahang sang abang. "Muka Abang pucet. Abang sakit, ya?"
Merasakan usapan lembut di rahangnya, Caka langsung menunduk dan mendapati mata bulat Nina yang mengerjap lucu. Sebisa mungkin Caka tersenyum sembari meraih tangan mungil bocah itu, lantas merangkumnya dalam genggaman.
"Abang nggak pa-pa, kok, cuma banyak tugas aja di sekolah. Maaf, ya, udah bikin Nina khawatir." Caka tersenyum lebar sebagai upaya untuk meyakinkan Nina.
Tentu saja cowok itu berbohong. Saat ini pikirannya dipenuhi oleh keadaan anak-anak jalanan dan keluarganya yang entah berada di mana. Tadi, Caka juga sempat mengunjungi beberapa rumah singgah terdekat. Namun, dia tak berhasil menemukan mereka.
Caka yang merasa putus asa, memutuskan untuk pulang ke panti dan meminta izin pada Bunda Utari untuk menginap di sana. Dia juga pergi tanpa membawa ponsel. Rasanya, cowok itu ingin menepi terlebih dahulu. Caka butuh ketenangam untuk berpikir jernih.
Bahkan dia tidak mengabari keluarganya. Caka tak sempat memikirkan mereka. Entahlah ... pikirannya sedang tidak bisa diajak berkompromi.
"Yuk, tidur yuk. Abang udah ngantuk." Caka menggendong Nina, lalu membawanya menuju kamar bocah itu.
Mereka baru saja selesai mengaji bersama. Walaupun Caka tak bersemangat biasanya, namun rutinitas itu selalu dia ikuti setiap datang ke tempat tersebut.
Caka membaringkan tubuh Nina, dan bocah itu langsung memeluk boneka pikachu pemberiannya. Sedangkan Caka melepas sarung dan peci. Dia berencana umtuk segera tidur. Besok dia harus bangun lebih pagi untuk mencari keberadaan anak-anak jalanan.
Baju koko, peci, dan sarung yang tadi dikenakan Caka telah terlepas, menyisakan kaus hitam dan celana kolor selutut. Caka kemudian ikut berbaring di sebelah Nina. Cowok itu menghela napas panjang, hari ini begitu melelahkan untuknya. Dia harus kembali memulihkan energi untuk esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...