38. Temaram dan Kebersamaan

153 26 0
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Sejak mendapat kecupan pertama dari Laila, Caka tak bisa melunturkan senyum di bibirnya. Bahkan di sepanjang perjalanan, Caka cengar-cengir tak mampu menahan senyum hingga dikira kesurupan oleh beberapa orang yang berpapasam dengannya.

Saat ini cowok itu tengah rebahan dengan posisi telentang seraya menatap langit-langit kamar dengan senyum yang tak henti-hentinya terkembang sempurna di bibirnya. Bayangan kecupan Laila masih begitu membekas di ingatannya. Bahkan lembutnya bibir gadis masih bisa dia rasakan sampai saat ini.

Caka lantas memegangi pipi kirinya yang habis dicium Laila. Jadi begini rasanya dicium oleh pujaan hati? Ah rasanya Caka ingin menyerang Laila saat itu. Untung dirinya bisa mengontrol diri.

Imajinasi Caka terhenti kala suara dering ponsel menginterupsi. Cowok itu meraih benda pipih tersebut. Begitu melihat nama pemanggil, dia segera bangkit duduk dan membenahi bajunya.

"Halo!" sapa Caka seperti orang yang bersiap mendapatkan doorprize.

"Caka." Suara di seberang sana terdengar malu-malu, membuat Caka semakin semangat untuk menggodanya.

"Iya, Yang?" balas Caka dengan suara yang terdengar menggelikan.

"Ih ... 'yang' apaan, sih! Lupain yang tadi aku nggak sengaja."

"Padahal aku udah seneng banget." Caka tidak mampu menahan senyum. Bibirnya terus berkedut. "Bahkan kecupan kamu masih kerasa ... uh, lembut banget. Besok-besok boleh lagi kok. Udah ketagihan. Jadi kamu harus tanggung jawab."

"Cakaaa! Jangan gitu, ih. Aku ... malu."

"Kenapa malu coba? Kan pas itu cuma ada kita berdua. Untung setannya belum beraksi lebih jauh. Jadi hal-hal yang tidak diinginkan belum sempat terjadi."

"Caka, ih! Udah, ah. Aku matiin aja teleponnya. Kamu nyebelin banget."

Caka tertawa. "Eits, jangan dong, Beb. Iya, deh. Aku nggak bahas yang tadi."

"Nah, gitu dong. Anggap itu tidak pernah terjadi. Oke?"

"Hm," Caka bergumam. "Btw, La ...."

"Kenapa, Caka?"

"Tadi itu kecupan pertama yang pernah aku dapet dari cewek. Makasih, ya. Aku seneng."

Laila tidak menjawab. Hanya suara pekikan tertahan gadis itu yang mampu Caka dengar.

🐰

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang