56. Kesalahan dan Penyesalan

206 27 6
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Mas Wildan Bawel
| Dek, alhamdulillah Naka udah siuman
| Operasinya berjalan lancar

Caka menghela napas panjang setelah membaca pesan dari Wildan tersebut. Akhirnya, Naka sadar. Karena kalau Naja kenapa-napa, Caka akan menyesal seumur hidup.

Caka terpejam sembari menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Hanya ini yang dia bisa lakukan untuk Naka. Dia tidak bisa memutar waktu ke masa empat tahun lalu untuk memperbaiki segalanya. Sebisa mungkin Caka akan menebus apa yang telah dilalaikannya. Pelan-pelan dan semaksimal mungkin.

Setelah mampu menguasai diri, Caka mengetik balasan untuk masnya.

| Alhamdulillah, Mas. Gue seneng banget.
| Tolong sampein ke Naka kalo gue belum bisa jenguk dia, ya.

Mas Wildan Bawel
| Iya, tenang aja. Nggak usah terlalu dipikirin. Fokus sama kegiatan lo aja, ya.


|Makasih, ya, Mas.

Tanpa menunggu balasan Wildan, Caka menonaktifkan ponsel dan meletakkannya di atas nakas. Perlahan dia membaringkan tubuhnya diiringi dengan ringisan kecil.

Sebenarnya, Caka benci sendirian. Serbuan ingatan tidak mengenakkan selalu membayanginya saat dia sendiri. Dia selalu memikirkan semua kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya hingga berujung pada penyesalan yang tidak berkesudahan.

Caka membiarkan air matanya luruh membasahi bantal saat tiba-tiba wajah sang mami terlintas di pikirannya.

Dia sudah gagal.
Semua amanat yang dipercayakan Mami padanya tidak dia jaga dengan baik. Dan apa yang dia lakukan untuk Naka pun tidak mampu membayar rasa sakit Naka selama empat tahun itu. Naka sakit sendirian, padahal Caka berada di sekitarnya.

Bukankah itu adalah hal yang sangat bodoh? Dia merasa tidak berguna, tidak peka, dan hanya mengurusi dunianya sendiri tanpa tahu bahwa orang terdekatnya---yang seharusnya dia jaga---ternyata hancur separah itu.

Dia lupa bahwa sebenernya itu bukanlah tanggung jawabnya. Karena sejak kecil pikirannya telah terdoktrin bahwa menjaga Naka adalah salah satu bagian dari tujuan hidupnya.

Caka tidak akan menyesali apa pun yang sudah dia putuskan sekarang. Bahkan jika suatu hari hal ini akan berisiko untuk dirinya sendiri, dia tidak akan mengeluh. Ini sudah menjadi konsekuensi dari keputusannya. Dan Caka juga harus siap jika suatu hari nanti kemungkinan terburuk akan terjadi dan menimpa darinya.

🐰

Mata Naka berkaca-kaca saat keluarganya masuk ke ruang tempat dirinya dirawat. Terutama saat melihat bagaimana raut wajah Papi yang berbinar. Naka merasa sudah melakukan dosa besar terhadap keluarganya sendiri.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang