🐰
Caka berjalan memasuki pekarangan rumahnya dengan gontai dan muka lesu. Bagaimana tidak, rencana terselubungnya untuk berkencan dengan Laila harus gagal lantaran gadis itu ditelepon oleh mommy-nya yang sudah pulang traveling bersama sang daddy.
Untungnya, Caka belum memberi tahu Bunda Utari kalau dia tadinya akan datang. Kalau sudah telanjur menelepon, bisa-bisa dia dimusuhi seumur hidup oleh Nina.
Caka menggigit-gigit sedotan es teh plastikan yang tadi sempat dibelinya dengan rasa kesal.
"Assalamualaikum!" ucap Caka pada sang papi yang tengah menyervis kipas angin.
"Waalaikumsalam," balas Papi Adul uang menyambut uluran tangan Caka. "Tuh mulut udah kayak corong bensin aja."
"Ih, Papi ... Ceking tuh lagi sebel, tau nggak!" Caka melirik kesal ke arah sang papi seraya menyedot kuat es teh plastikannya.
Papi Adul tiba-tiba tertawa. "Kamu kalo kayak gitu kelihatan kayak Cilla tahu, Bang."
"Ya, kan, emang abangnya," sewot Caka seraya menyedekapkan tangan.
"Kenapa, sih? Sini cerita sama Kakanda Arjuna."
Jika mood Caka sedang baik, mungkin dia sudah menghujat sang papi. Namun kali ini cowok itu lamgsung duduk dan berkata, "Ceking tuh hampir nge-date sama Laila. Eh, malah dia ditelepon sama Mak Lampir. Kan kesel, Pi! Ceking kesel banget. Mau kangen-kangenan nggak jadi."
Papi Adul kembali tertawa, kali ini lebih keras. "Jadi kamu tuh masih PDKT sama anaknya Rang Songong itu? Kayak nggak ada cewek lain aja," nyinyirnya kemudian.
"Ih, Papi tuh gimana, sih, Ceking tuh mau perjuangin Laila sampe halal."
"Jangan kebanyakan halu, Bang."
"Papi mah anaknya mau berjuang, nggak didukung malah dijatuhin."
"Assalamualaikum." Tiba-tiba Banyu pulang dengan muka lesu dan kusut. Cowok itu juga langsung masuk ke rumah tanpa berbasa-basi pada adik dan papinya.
"Waalaikumsalam," jawab Caka dan Papi Adul yang sama-sama melongo melihat kepulangan Banyu. Padahal jam baru menunjukkan pukul dua siang.
"Ada apa lagi sama Tamara?" Papi Adul menatap penasaran ke arah putranya.
Caka mengedikkan bahu. "Kayaknya bukan Tamara deh, Pi. Masalah kerjaan kali.
"Kalo gitu minta tolong buat samperin sama tanya ada apa dengan abangmu dong, Bang. Sepertinya dia lagi nggak baik-baik aja," pinta Papi Adul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...