10. Hal Konyol

242 32 3
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

"Adul! Keluar lo! Hobi banget bikin perkara mulu sama gue!"

Mas Wildan yang tengah mengerjakan sebuah laporan  di dipan teras rumah, sontak menoleh ke sumber suara.

Berjarak lima meter dari tempatnya duduk, cowok itu bisa melihat Pak Viko---tetangga mereka--yang semakin berjalan mendekat dengan Salman yang ada di dekapannya.

Mas Wildan sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Hal ini tentu tidak baik. Papinya dan Pak Viko pasti akan terlibat pertengkaran. Kedua laki-laki itu kalau sudah bertengkar akan lebih parah dari anak SD yang rebutan permen.

"Heh, Wil, bapak lo mana? Suruh keluar sini kalo berani! Jangan beraninya ngutus nih ayam aja buat njajah rumah gue!"

Wildan meringis menanggapi cerocosan Pak Viko yang semakin menggebu-gebu itu.

"A-ada di dalem ... Om."

"Apaan, sih, berisik banget!" Papi Adul keluar, diikuti tiga putranya yang berbaris rapi bak anak ayam.

"Lo sengaja kan ngutus ayam lo ini buat bokerin rumput mahal gue?! Nih ayam tainya jadi sekebon! Mana makan rumput gue!" Pak Viko meluapkan emosinya.

"Namanya juga ayam, Om, ya bokernya di mana-mana," sahut si tukang kompor alias Caka.

Papi Adul langsung tersenyum, sedangkan ketiga saudara Caka menatap cowok itu dengan tatapan membunuh.

"Heh, diem ya lo, Bocah! Kagak usah ikut-ikut." Pak Viko menunjuk Caka dengan sorot marah.

"Siniin ayam gue!" Alih-alih menanggapi kemarahan Pak Viko, Papi Adul justru mengulurkan tangan, hendak merebut Salman dari laki-laki sombong itu.

"Kagak! Gue bakal sembelih nih ayam buat jadi makanan anjing gue. Biar tau rasa!" Pak Viko memundurkan langkah dan semakin menyembunyikan Salman dalam dekapannya.

"Sini nggak, Kang Pamer!" ucap Papi Adul  dengan penuh ledekan.

"Dasar Missqueen!" balas Pak Viko tak kalah nyinyir.

"Wah, kurang aja banget ya lo!" Papi Adul sudah ancang-ancang untuk menghajar Pak Viko. Namun secepat kilat Naka menahannya.

"Pi, udahlah. Kan bisa dibicarain baik-baik," ucap Naka seraya menatap sang papi dan Pak Viko secara bergantian.

"Iya, Pi. Malulah sama tetangga," timpal Bang Banyu.

"Om, saya atas nama Salman minta maaf ya, Om. Salman ini kan hewan jadi ya wajar kalo nggak punya akal dan pikiran. Papi nggak pernah ngajarin Salman buat ngelakuin hal kayak gitu, kok." Mas Wildan berucap tenang dan penuh permohonan.

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang