🐰
Menjelang dikebumikan, para pelayat semakin banyak berdatangan. Dan di antara mereka semua, banyak orang tak dikenal yang menangis tersedu-sedu kehilangan Caka. Mereka datang dengan tangis yang pecah dan histeris. Hal yang membuat warga sekitar bahkan keluarga terheran-heran.
Haris langsung keluar saat mendengar suara tangisan beberapa anak kecil yang terus menyebut nama Caka. Cowok itu mengajak anak-anak duduk di kursi yang berada di halaman, di dekat Banyu lebih tepatnya.
"Adik-adik ini siapa, ya?" tanya Haris seraya menatap satu per satu anak-anak tersebut.
Bocah yang terlihat paling besar di antara teman-temannya itu pun menjelaskan diiringi isakan. "Kami anak jalanan yang sering dibantu Bang Ceking, Kak. Biasanya Abang dateng bawa nasi bungkus buat kami."
Di sebelahnya, tubuh Banyu tiba-tiba tampak menegang. Rasa sesak semakin bergumul di dadanya. Dia tak pernah menyangka bahwa Caka yang selama ini dia anggap sebagai orang yang mengesalkan karena selalu meminta uang padanya itu memiliki jiwa empati yang tinggi dan menyembunyikan kebaikan semulia itu.
Tanpa sadar, air mata Banyu meluruh, menjelajahi pipi dan menggoreskan luka begitu dalam di hatinya.
Haris pun sama terkejutnya. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang. "Kalian ... tinggal di mana?"
"Dulu, kami tinggal di kampung kumuh pinggiran rel kereta api, Kak. Tapi sekarang kami dipindahkan di rumah singgah dan sudah lama nggak ketemu Bang Ceking."
"Bang Ceking i-itu ... baik banget, Kak. Dia yang udah beliin obat ibu aku dan sering nganter ke puskesmas." Seorang anak perempuan berkepang dua menyahut dengan tangisnya yang sesenggukan.
Sejenak, Haris diam terpaku. Hatinya tersayat pilu bercampur haru, sedikit tak menyangka namun tak terlalu terkejut. Dia tahu bahwa adik sepupunya itu memang memiliki kebaikan dan hati yang tulus. Sementara itu, Banyu memejamkan mata, hatinya begitu teremas kuat mengetahui fakta yang ada.
"Kak." Seorang anak lelaki dengan rambut ikalnya menepuk pelan lengan Haris. "Apa kita boleh lihat Abang untuk yang terakhir sebelum dimakamkan?" Matanya tampak memancarkan binar sendu diliputi harapan besar.
Saat mendengarnya, pertahanan Banyu runtuh. Haris kemudian meminta seseorang untuk mengantar anak-anak itu ke dalam, sedangkan dirinya langsung menghampiri Banyu yang kali ini benar-benar hampa.
"Ternyata, selama ini gue nggak bener-bener kenal dia, ya, Ris?" Banyu menatap ke arah depan dengan hampa seraya tersenyum. Senyum yang membuat Haris semakin hancur. Akan lebih baik kalau Banyu menangis bersama yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...