13. Asa dan Rasa

220 27 4
                                    

🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰

Caka menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Hanya satu orang yang saat ini tengah dia pikirkan, yakni Laila.

Mengetahui fakta tentang Wildan yang ternyata juga menyimpan rasa pada gadis itu, membuatnya sedikit ragu antara maju atau melangkah mundur. Caka jelas tidak ada apa-apanya dibanding kakak keduanya tersebut. Wildan lebih segala-galanya.

"Ah, gue kenapa, sih?!" Caka bangkit, lantas mengacak rambutnya dengan kasar.

Caka tidak pernah galau sebelumnya, apalagi hanya hal sepele karena seorang wanita seperti ini. Tapi ucapan Wildan tadi begitu membuatnya overthinking dan sedikit kehilangan semangat.

Renungan Caka terinterupsi oleh suara dering ponsel. Dengan malas, cowok itu meraih dan membuka pesan yang entah dikirim oleh siapa itu.

0823xxxx

|Caka, ini aku!! Masih inget ga?

Caka terdiam sebentar. Saat melihat foto profil dan nama pengguna nomor tersebut, cowok itu kontan membelalakkan mata. Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia mengetikkan balasan.


|Laila bukan?


Sembari menunggu balasan l, Caka menyimpan nomor gadis itu. Tidak main-main, dia menamainya dengan 'Neng Laila ayang-ayangku'.

Bukan Caka kalau tidak lebay. Saking senangnya, cowok itu berjingkrak-jingkrak macam kembaran beda spesiesnya: monyet. Untungnya, Naka sedang tidak berada di kamar. Jadi Caka tidak akan dicibir oleh kembarannya yang seperti es batu itu.


Neng Laila Ayang-ayangku🌎

|Iya! Masih inget ternyata. Wkwkm
|Sejak hari itu, aku udah nggak pernah lihat kamu lagi. Kamu jarang di rumah, ya?

|Mana mungkin aku lupa😊
|Aku di rumah terus kok. Jarang keluar. Hehe.


Mungkin kalau Bang Banyu atau Cilla membacanya, mereka akan berlagak muntah. Karena nyatanya, hobi seorang Caka adalah keluyuran. Saat ini dia tengah melakukan pencintraan pada sang pujaan hati.

Neng Laila Ayang-ayangku🌎

|Oh, gitu. Pengen ih lihat kamu lagi. Kamu lucu banget soalnya.

Caka yang salah tingkah, langsung membenamkan kepalanya di bantal. Kenapa Laila seolah memberinya harapan untuk terus berjuang? Apa ini pertanda bahwa Caka tidak boleh mundur begitu saja?

Kolase Bratadika [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang