Hai, jangan lupa memberikan vote terlebih dahulu pada part ini. Terima kasih.
Happy reading💚
🐰
Cilla meminta agar dirinya diizinkan masuk sekolah lagi. Hal itu tentu tidak bisa dibantah oleh keempat kakak serta papinya. Mengingat kondisi psikis Cilla telah membaik. Lagipula, psikiaternya juga telah memperbolehkan.
Akhirnya, pagi ini keempat kakak lelaki Cilla kompak mengantar adik mereka itu ke sekolah dengan menaiki mobil milik Banyu. Saat mobil telah berhenti tepat di depan sekolah Cilla, keempat laki-laki itu tampak menatap sang adik dengan ragu.
“Adek yakin?” tanya Naka yang tampak masih keberatan dengan keputusan Cilla ini.
Cilla mengangguk yakin dilengkapi dengan senyum tipis yang terukir. “Cilla udah baik-baik aja, kok, Kak,” ucapnya mantap.
“Kalo ada yang berani macem-macem sama kamu langsung telepon Abang, ya, Cil. Nanti Abang bakal langsung gas dateng ke sini.” Caka menyahut.
Wildan memutar kedua bola matanya mendengar penuturan nyeleneh adiknya tersebut. Dia kemudian mengelus rambut Cilla dengan penuh kasih sayang. “Mas yakin kalo Adek bisa jaga diri. Tapi jangan dipaksain, ya. Kalo ngerasa nggak enak badan, langsung bilang ke temen atau guru kamu,” pesannya.
Cilla mengangguk paham, lantas mencium tangan masing-masing dari kakaknya. Saat mencium tangan Banyu, kakaknya itu berkata, “Kalo Ada apa-apa langsung bilang sama Bu Gita, ya, Dek.”
“Iya. Ya udah, Cilla turun ya, Bang, Mas, Kak,” pamit Cilla seraya menatap kakaknya secara bergantian.
“Ayo, Mas bantu turun.” Wildan merangkul pundak sang adik dan membantunya turun. Cilla menolak saat Wildan menawarkan untuk mengantarnya sampai ke kelas. Wildan yang percaya penuh pada adiknya pun menurut dan langsung kembali masuk ke mobil.
“Dadah, Cilla!” Caka terus melambaikan tangan bahkan sampai mobil yang ditumpanginya itu menjauh.
Cilla balas melambaikan tangan. Saat mobil sang kakak benar-benar berlalu, Cilla menghela napas panjang. Mendadak dia merasa ragu untuk melewati pintu gerbang di hadapannya ini.
Apa tatapan penuh penghakiman dan bisikan-bisikan akan menyambutnya nanti? Jujur, Cilla belum sepenuhnya siap untuk menghadapi semua ini. Namun, dia juga memikirkan ujian yang sebentar lagi akan tiba. Cilla ingin lulus tepat waktu.
Setelah berkali-kali menyemangati diri dan menguatkan hati, akhirnya Cilla mulai berjalan memasuki gerbang dengan kepala tertunduk. Sungguh, Cilla takut akan tatapan yang menyergapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Bratadika [End]
General FictionBratadika bersaudara memiliki kehidupan yang sederhana. Hidup tanpa ibu menjadikan mereka kuat dengan caranya masing-masing. Lantas, bagaimana cara mereka saling menjaga satu sama lain? Rank: #1 in Winmetawin (23/06/21) #5 in Chimonwachirawit (22/06...